Sabtu 30 Aug 2014 15:49 WIB

Kasus Ebola Pertama Tercatat di Senegal

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Petugas kesehatan mengangkut jasad penderita Ebola dari ruang isolasi. (ilustrasi)
Foto: EPA/Ahmed Jallanzo
Petugas kesehatan mengangkut jasad penderita Ebola dari ruang isolasi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Menteri Kesehatan Senegal mengkonfirmasi terdeteksinya kasus ebola pertama di negara tersebut. Ini menjadikan Senegal sebagai negara Afrika Barat kelima yang dijangkiti Ebola.

Awa Marie Coll Seck pada Jumat (29/8) mengatakan, pasien merupakan seorang pria. Pria tersebut baru saja melakukan perjalanan dari Guinea sebelum jatuh sakit.

Pasien mendatangi rumah sakit pada Selasa (26/8), tapi ia menyembunyikan fakta bahwa memiliki hubungan dekat denga korban Ebola di Guinea. Pada Rabu (27/8), pihak berwenang kesehatan Guinea melaporkan adanya orang terinfeksi ebola yang melakukan perjalanan ke Senegal.

Kasus ini menandai kasus Ebola pertama di Senegal, sejak wabah ini meluas pada Juli. Laporan mengenai korban baru di Senegal, datang satu hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan peningkatan jumlah terinfeksi ebola.

Sementara itu, para ilmuan mengatakan percobaan pertama vaksin ebola pada manusia akan dilakukan mulai pekan depan. Mereka akan menggunakan produk yang dibuat perusahaan farmasi raksasa GlaxoSmithKline dan pemerintah Amerika Serikat.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan jurnal Nature pada Jumat, obat eksperimental ZMapp terbukti 100 persen efektif saat di tes pada primata. ZMapp merupakan campuran dari tiga antibodi, yang membantu sistem kekebalan tubuh menghancurkan virus ebola.

Dalam studi tersebut, para ilmuan yang dipimpin Gary Kobinger dari Badan Kesehatan Masyarakat Kanada menguji sekelompok monyet yang terinfeksi. ZMaap mampu mengobati bahkan mulai dari gejala seperti ruam, ganguan fungsi hati dan pendarahan menghilang. Hasil Kobinger ini di luar perkiraannya sendiri.

Wabah ebola kali pertama dimulai di Guinea. Di negara tersebut, ebola telah menewaskan lebih dari 1.500 jiwa. WHO melaporkan setidaknya 3.000 orang telah terinfeksi virus ebola. Organisasi itu memperingatkan jumlah korban bisa meningkat.

BBC News melaporkan, Senegal sebelumnya telah menutup perbatasannya dengan Guinea. Itu dilakukan dalam upaya menghentikan penyebaran ebola. Tapi banyak wilayah perbatasan yang luput dari pengawasan.

Senegal juga telah melarang penerbangan dan kapal asal Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Tiga negara tersebut tercarat paling parah terjangkit virus ebola.

Senegal merupakan pusat transit utama bagi lembaga bantuan. Negara tersebut juga memiliki populasi warga Guinea yang cukup besar.

Sementara di Guinea, jam malam 24 jam telah diberlakukan di kota kedua Nzerekore. Ini terjadi setelah pasar utama disemprot dengan disinfektan dalam upaya menghentikan penyebaran virus.

Penyebab pasti kerusuhan belum jelas, sejumlah orang dilaporkan takut sempotan justru akan menyebarkan ebola. Sementara warga lain meneriakkan, "ebola adalah kebohongan." Polisi menanggapinya dengan menembakkan gas air mata.

Pada Kamis (28/8), WHO mengumumkan rencananya menghentikan penularan virus dalam enam sampai sembilan bulan ke depan. Di antara rekomendasinya mengatakan, negara-negara yang terkena dampak harus melakukan pemeriksaan untuk warga yang ingin keluar negeri. Ini untuk mencegah penyakit menyebar lebih lanjut ke 10 negara lainnya.

Program WHO tersebut membutuhkan dana hingga 489 miliar dolar, untuk jangka waktu sembilan bulan ke depan. Program membutuhkan 750 pekerja internasional dan 12 ribu pekerja nasional di seluruh Afrika Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement