REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Organisasi internasional yang terlibat dalam rekonstruksi Jalur Gaza menyatakan dibutuhkan 20 tahun untuk dapat membangun kembali Gaza secara utuh. Apalagi setelah serangan mematikan Israel melawan pejuang Hamas.
Dikutip dari Arab News, Ahad (31/8) laporan itu berasal dari dari Cluster Shelter yang dipimpin oleh Norwegian Refugee Council. Organisasi non profit ini ikut terlibat bersama dengan badan pengungsi PBB dan Palang Merah Internasional dalam program rekontruksi Gaza secara keseluruhan. Dimana, dibutuhkan dana senilai enam miliar dolar AS untuk memperbaiki kota yang hancur di serang Zionis Israel.
Sayangnya setiap upaya membangun kembali Gaza akan terhambat oleh blokade yang diberlakukan Israel. Khususnya semenjak Hamas merebut kekuasaan pada 2007 lalu. Blokade itu termasuk pembatasan impor beton dan bahan bangunan lainnya ke Gaza. Israel mengkhawatirkan bahwa Hamas akan mempergunakan material tersebut untuk membangun roket dan memperkuat terowongan serangan lintas perbatasan.
Mesir dan Norwegia telah sepakat untuk mengadakan konferensi donor Gaza di beberapa titik pada bulan depan. Dengan populasi 1,8 juta berdiam di Gaza, Shelter Cluster mengatakan sekitar 17 ribu unit rumah Gaza hancur atau rusak parah selama pertempuran musim panas ini.
Sedangkan, sekitar 5000 unit rumah lainya masih membutuhkan perbaikan kelanjutan pasca operasi sebelumnya. Cluster mengatakan, sekitar 20 tahun lamanya berdasarkan kapasitas utama Israel-Gaza yang maan hanya bisa menangani 100 truk bahan bangunan perharinya.
Hingga saat ini, tidak ada komentar dari instansi pemerintahan Israel. Khususnya dalam hal pembukaan pembatasan bagi impor material yang masuk ke Gaza ke depannya.
Pada Selasa (26/8) Israel dan Hamas sepakat untuk gencatan senjata permanen dan mengakhiri pertempuran sengit antar Israel dan Hamas. Namun, kesepakatan ini belum menuntaskan perjanjian isu-isu lainnya dan direncanakan kedua pihak akan kembali melakukan pertemuan langsung guna membahas isu-isu lainnya lebih dalam guna menjaga kedamaian Gaza dan keamanan Israel.