Ahad 31 Aug 2014 16:08 WIB

Netanyahu Setuju Gencatan Senjata

Rep: c64/ Red: Taufik Rachman
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel menyetujui gencatan senjata permanen dan akan berfokus pada ancaman kelompok jihad. Dimana, saat ini negara-negara sekitar Israel tengah menghadapi konflik dengan kelompok-kelompok Jihad Islam.

"Kami telah berjuang selama 50 hari dan kami pun bisa berjuang untuk 500 hari, tetapi saat ini kita tengah dalam situasi yang genting," ujarnya, seperti yang dilaporkan AFP, Ahad (31/8).

Ia berkata, Negara Islam yang berada di gerbang Yordania, Alqaidah berada di Golan dan Hizbullah berada diperbatasan dengan Libanon. Dan, ia merujuk kepada kelompok jihad negara Islam di Suriah dan Irak keduanya merupakan teman baik Yordania.

Saat ini, Al-Nusra yang merupakan bagian dari Alqaidah berada di baris depan Suriah, dan saat ini tengah menguasai Golan. Selain itu, gerakan Syiah Libanon Hizbullah masih bergerak maju.

"Kami memutuskan untuk tidak terjebak di Gaza dan kita bisa memiliki, tetapi kami memutuskan untuk membatasi tujuan kami dan memulihkan ketenangan bagi warga Israel," tambah Netanyahu.

Kemudian pernyatan datang dari sekutu utama Israel Amerika Serikat, yang menyerukan membentuk sebuah koalisi global untuk melawan kelompok-kelompok jihad. Dimana kelompok jihad itu telah menyiapkan sebuah khilafah Israel di daerah mereka yang telah menguasai Suriah dan Irak.

Presiden Barack Obama mengatakan, ia akan mengirim Menteri Luar Negeri John Kerry ke wilayah Timur Tengah guna membahas rencana dan akan melibatkan pula militer, serta upaya diplomatik dan regional.

Masa tenang kembali berlaku di Gaza, kini kesepakatan masa tenang ini diberlakukan dalam jangka panjang. Dan, direncanakan delegasi Palestina dan Israel akan kembali melanjutkan pembicaraan tidak langsung di Kairo, guna membahas lebih jauh isu-isu dalam kesepakatan gencatan senjata permanen ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement