Senin 01 Sep 2014 20:59 WIB

Perubahan Iklim Kian Persulit Produksi Pangan Dunia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 9 miliar tahun 2050 nanti. Sementara itu, perubahan iklim akan mempersulit para petani yang akan menghasilkan pangan untuk dunia.

Wakil Presiden Bank Dunia dan Utusan Khusus Perubahan Iklim, Rachel Kyte, menyatakan bahwa cuaca ekstrim sudah mengurangi hasil panen. Maka, tak mungkin lagi menjalankan pertanian dengan cara yang seperti biasanya dilakukan. "Dengan perubahan iklim, perencanaan yang sudah sulit akan lebih rumit lagi," ucapnya kepada ABC, baru-baru ini.

"Para petani harus mencari cara agar metode pertanian mereka tahan banting. Di pihak lain, 30 persen dari seluruh emisi berasal dari cara kita mengolah lahan. Ini termasuk praktek pertanian. Maka, kita harus mengubah cara menjalankan pertanian untuk mengurangi emisi."

Menurut Kyte, sektor pertanian harus mengumpulkan bukti dan data tentang apa yang terjadi pada cuaca dan lahan di tempat mereka bertani, agar mereka bisa menyusun rencana masa depan.

"Kita butuh teknik dan masukan yang memungkinkan kita meningkatkan hasil panen, agar hasil panen lebih bergizi dan agar kita bisa menghasilkan itu dengan menggunakan jumlah air yang jauh lebih sedikit."

Di saat yang sama, siklus nitrogen saat ini hampir setara dengan 40, 50 tahun yang lalu, padahal sudah begitu banyak dobrakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, lanjut Kyte. 

"Kita harus berusaha menghasilkan pangan dunia dengan lebih sedikit nitrogen, mengingat dampak nitrogen pada perubahan iklim. Ini adalah salah satu dobrakan yang perlu kita lihat dalam pertanian dunia."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement