Senin 01 Sep 2014 19:20 WIB

Produksi Emas Australia Meningkat Sekitar 10 Persen

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Produksi emas Australia meningkat hampir 10% selama periode 2013-2014. Sekitar 9,1 juta ons logam mulia ditambang dari dalam tanah selama tahun keuangan 2013-2014, yang berharga senilai 12,5 miliar dolar.

Sandra Close dari perusahaan konsultan ‘Surbiton Associates’ mengatakan, alasan di balik peningkatan produksi ini adalah  para penambang yang mengejar bijih emas dengan kelas lebih tinggi untuk melindungi batas harga yang lebih rendah selama periode 2013-2014. Namun ia mengatakan, hal ini tak semerta-merta merupakan kabar baik bagi industri tambang.

konsultan tambang

Dr. Sandra Close dari perusahaan konsultan tambang ‘Surbiton Associates’.

 

“Ini sebagian adalah kabar baik, tapi jangan tertipu olehnya, karena sungguh, ada banyak kisah di balik produksi tambang ketimbang peningkatan jumlah produksinya sendiri. Sementara hal ini mengarah ke produksi emas yang secara umum meningkat, di sisi lain hal itu juga berarti, nantinya hanya tersisa bijih dengan kualitas kurang baik di dalam tanah,” ujarnya, baru-baru ini.

Dr Sandra mengatakan, tambang yang tak mampu mengejar bijih emas dengan level lebih tinggi, bisa gulung tikar. “Sebagian besar dari mereka tentu saja akan bertahan, tapi segelintir tambang yang tak bisa memangkas biaya atau meningkatkan level mereka tak akan bertahan di jangka panjang,” jelasnya.

Beberapa produsen emas di Australia Barat terpaksa menghentikan produksi mereka belakangan ini.

Produsen tersebut meliputi tambang Norseman Gold, tambang Apex Minerals di Wiluna, tambang Focus Minerals di Coolgardie dan Laverton serta tambang Silver Lake di Murchison.

“Norseman telah beroperasi selama 70 tahun tanpa henti,” ungkap Dr. Sandra.

Meski demikian, keberadaan mereka telah tergantikan oleh tambang lain, salah satunya ‘Tropicana’.

“Seperti juga ‘Tropicana’, tambang baru yang beroperasi pada periode 2013-14 adalah Doray Minerals dan Regis Resources di Australia Barat serta Alkane Resources di New South Wales,” tutur Dr. Sandra.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement