REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan upaya mencegah epidemi ebola di Senegal merupakan prioritas darurat utama. Dalam pernyataannya, Ahad (31/8), WHO mengatakan Senegal menghadapi kebutuhan mendesak untuk dukungan dan perlengkapan kebersihan, termasuk perlengkapan pelindung pribadi bagi pekerja kesehatan.
"Kebutuhan tersebut akan dipenuhi sesegera mungkin," kata WHO.
Dengan ditemukannya kasus pertama ebola tersebut, menjadikan Senegal sebagai negara kelima di Afrika Barat yang terjangkit ebola. Pemerintah Senegal masih terus melacak orang-orang yang melakukan kontak dengan seorang mahasiswa asal Guinea positif terinfeksi virus ebola. Senegal mengonfirmasi mahasiswa 21 tahun tersebut postif ebola, Jumat pekan lalu.
Menteri Kesehatan Awa Marie Coll Seck mengatakan mahasiswa itu muncul di sebuah rumah sakit di Dakar pada 26 Agustus, tapi dia tidak mengatakan telah melakukan kontak dengan penderita ebola lainnya.
Pada hari berikutnya, tim pengawas epidemi di Guinea mengingatkan otoritas Senegal bahwa mereka kehilangan jejak satu orang yang telah dipantau selama tiga pekan sebelumnya. Mereka menduga, orang tersebut telah menyeberang ke Senegal.
Seck mengatakan mahasiswa terinfeksi ebola telah dikarantina begitu dia dipastikan menderita ebola. WHO, dalam pernyataannya, mengatakan mahasiswa itu tiba di Dakar melalui jalan darat pada 20 Agustus dan tinggal bersama kerabatnya di pinggiran kota.
Pada 23 agustus dia mendatangi pusat kesehatan karena mengalami demam, diare dan muntah. Semua gejala tersebut menunjukkan gejala ebola.
Dokter mengobatinya dengan diagnosa malaria. Dia dirawat jalan hingga akhirnya muncul di rumah sakit pada 26 Agustus.
"Meski penyelidikan ini masih tahap awal, dia diketahui tidak bepergian ke tempat lain," ujar WHO yang mendapatkan informasi dari kementerian kesehatan Senegal.