REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Ukraina Petro Poroshenko menuduh Rusia melancarkan agresi langsung dan terbuka, pada Senin (1/9). Poroshenko menyebut serangan Rusia secara radikal mengubah keseimbangan medan pertempuran.
Dalam serangkaian kemunduran dalam sepekan terakhir, militer Ukraina mengatakan telah menarik pasukannya dari bandara penting di timur negara tersebut. Mereka menyatakan telah berjuang melawan batalyon tank Rusia.
Di ibukota Belarusia, Minsk, separatis duduk bersama untuk memulai pembicaraan damai dengan Ukraina. Separatis mengatakan, mereka akan siap untuk tetap menjadi bagian Ukraina asalkan diberi status khusus.
Juru bicara militer Andriy Lysenko mengatakan, telah menarik pasukan dari bandara Luhansk. Namun mereka juga telah menghancurkan tujuh tank Rusia dan mengidentifikasi adanya peningkatan bantuan dari pasukan Rusia di utara dan selatan kota.
"Menurut data operasional kami, ada sedikitnya empat kelompok batalion taktis (Rusia) di Ukraina," katanya. Ia menambahkan masing-masing terdiri dari 400 laki-laki.
Berbicara dalam kunjungan ke Siberia, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan kembali dilakukannya pembicaraan damai. "Kepemimpinan Kiev saat ini tak ingin melakukan dialog substansif dengan wilayah timur negara tersebut," ujarnya.
Putin juga mengatakan, separatis menyerang pasukan Ukraina karena pasukan menembak pada sasaran sipil. "Tujuan pejuang milisi mengangkat senjata adalah agar mereka (pasukan pemerintah) tak menembak ke daerah pemukiman," tambahnya.