REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Presiden AS Barack Obama mengerahkan 350 pasukannya ke Irak. Langkah ini diputuskan beberapa jam setelah AS harus menentukan langkah jika ISIS kembali membunuh jurnalis AS dalam waktu dua pekan.
Dilansir dari The Guardian, pengerahan pasukan AS ini bukan untuk terlibat dalam pertempuran. Menurut juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, pengerahan pasukan tambahan dilakukan untuk memperkuat keamanan di kedutaan Baghdad dan melindungi sejumlah fasilitasnya.
Pentagon mengatakan jumlah pasukan yang dikerahkan ke Irak hingga kini telah mencapai 820 orang. Jumlah ini tidak termasuk ratusan penasehat militer dalam operasi khususnya untuk membantu militer Irak dan Kurdi. Jika ISIS menyerang kedutaan AS, pasukan ini akan terlibat dalam pertempuran.
Laksamana John Kirby, juru bicara Pentagon, mengatakan Departemen Luar Negeri akan mendapatkan penambahan jumlah keamanan. Lanjutnya, sebanyak 55 personel akan keluar dari Irak, namun lokasi mereka tidak jauh dari Irak.
"Mereka, ke-55 personel, akan tetap menjaga keamanan lainnya di wilayah tersebut, jika perlu," katanya dalam pernyataan resmi.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri telah meminta penambahan jumlah pasukan dan pejabat Pentagon mengatakan tengah mempelajari hal ini pada Agustus akhir. Sementara itu, intelijen AS dilaporkan tengah menyelidiki video pembunuhan jurnalis AS Steven Sotloff.
Pembunuhan ini dilakukan sebagai bentuk balas dendam ISIS setelah AS melakukan serangan udaranya. Peringatan ini sebelumnya juga telah disampaikan pada sebuah video pembunuhan James Foley, jurnalis AS.
Obama pun kini telah melakukan 124 serangan udara terhadap ISIS sejak 8 Agustus silam. Namun, ia mengaku tidak akan mengerahkan pasukannya dalam serangan darat.