Rabu 03 Sep 2014 14:58 WIB

Lima Alasan Mengapa ISIS Penggal Orang Amerika

Steven Sotlof
Foto: reuters
Steven Sotlof

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tindakan kelompok teroris ISIS yang memenggal kepala tawanan Amerika menuai kecaman dari berbagai pihak.

Menurut kolomnis Joshua Keating di slate.com, dalam artikel 'What is ISIS thinking?' ada lima kemungkinan yang menyebabkan ISIS memenggal tawanan mereka.

Baca Juga

1. Mereka tersudut

Menurut Joshua, setelah ekspansi wilayah mereka di Fallujah Irak dan sebagian besar Suriah sukses berkat pembiaran rezim Bashar Alassad dan Amerika Serikat di Irak, ISIS yang mengklaim diri sebagai kekhalifahan Irak dan Suriah itu masih mempunyai pilihan untuk memperluas wilayahnya.

Namun belakangan ini, AS dan Iran telah ikut terlibat dalam memerangi ISIS. Salah satunya dengan aktif membantu pemerintah Irak. (Baca: Satu Lagi Wartawan AS Dieksekusi ISIS)

ISIS "terjebak dalam pilihan satu-satunya senjata politik (memenggal kepala) yang tertinggal," katanya, Selasa (2/9)

2. ISIS memperkirakan AS tidak akan terlibat jauh dalam perang

Dia menjelaskan bahwa publik AS, untuk saat ini, tidak akan setuju terlibat perang baru di luar negeri.

3. Diperkirakan menurut ISIS, cara pemenggalan ini akan memuluskan tujuan mereka

Pemenggalan kepala tawanan dan menyebarkan di berbagai media dinilai salah satu cara kerja ISIS.

"Jika pemimpin kelompok ini percaya bahwa pembunuhan itu akan memuluskan tujuan mereka, walaupun ada konsekuensi di pihak lain," katanya.

4. Mereka 'menaikkan harga'

Dalam pemenggalan Foley, mereka meminta tebusan 132 juta USD. Sementara itu, sebelumnya mereka menuntut tebusan atas tahanan wanita AS berusia 26 tahun yang hanya 6,6 juta USD.

5. Itu memang rencananya

Cara yang dilakukan ISIS ini dinilai bukanlah cara yang paling logis untuk memancing kemarahan AS dan memprovokasi perang terbuka.

Namun, menurut Joshua, ISIS mewarisi kebencian kepada AS dari Alqaidah. Sehingga, kepongahan ISIS dinilai lebih masuk akal.

"Ini tampaknya seperti keangkuhan, dan ini bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement