Rabu 03 Sep 2014 21:23 WIB

Perusahaan Tambang Australia Barat Lirik Investasi di Afrika

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perusahaan tambang Australia kini melirik Afrika sebagai lokasi alternatif bagi investasi mereka. Langkah ini dilakukan guna menyikapi dampak  penurunan nilai komoditas bijih besi dan tingginya biaya produksi di Australia.

Berbicara pada konferensi pertambangan di Perth, Menteri Utama Australia Barat, Colin Barnett mengatakan meskipun harga komoditas tambang selama 12 bulan terakhir mengalami penurunan, namun industri pertambangan tetap kuat dan Afrika memiliki potensi yang sangat besar bagi negara-negara Australia yang ingin berinvestasi.

 

Barnett menyampaikan hal ini didepan 1.800 orang tokoh yang menghadiri konferansi itu, termasuk 20 menteri pertambangan Afrika. Barnett menyatakan sektor pertambangan Australia Barat (WA) tidak sedang mengalami resesi, tapi diakuinya memang sudah mencapai titik tertinggi saja.

Barnett menambahkan perusahaan-perusahaan Australia tengah saat ini tengah mencari lokasi investasi berbiaya rendah, namun memberi hasil yang tinggi. "Tiga puluh persen sumber daya mineral dunia ditemukan di Afrika,” katanya, baru-baru ini.

"Perusahaan-perusahaan Australia telah terlibat dalam segala aspek dalam industri pertambangan Afrika, kami bangga menjadi bagian dari pembangunan di negara Anda dan berharap kondisi ini tetap berlanjut.

Analis memperkirakan akan ada peningkatan investasi meski masih tetap akan berhati-hati menyikapi sentimen pasar di sektor sumber daya mineral menyusul terbitnya laporan yang mengungkapkan perusahaan-perusahaan Australia telah menemukan mineral senilai hampir  $700.000.000.000 di seluruh benua Australia selama lima tahun terakhir.

 

Dari 220 perusahaan ASX yang terdaftar beroperasi di lebih dari 1.000 proyek di 30 negara Afrika, lebih dari 70 persennya adalah perusahaan berbasis di WA.

Ketua Konferensi, Bill Repard mengatakan negara-negara Afrika sedang mencari kepastian tambahan investasi dari Australia.

Sementara investor pertambangan, Mark Tyler mengatakan sementara pasar memang sedang melesu, namun perusahaan-perusahaan pertambangan masih bersemangat untuk berinvestasi di Afrika.

"Pasar dunia memang masih terlihat lesu, tapi di Afrika tampaknya memang masih sulit untuk mendongkrak ekuitas, disana masih sangat menguntungkan,’

"Kami juga mengira jumlah investasi di Afrika akan terus meningkat dibandingkan di masa lalu, masih akan ada tersedia dana investasi untuk proyek berkualitas bagus,” tambahnya.

Tyler mengatakan ekspolorasi di Afrika memang sempat menurun jumlahnya tapi tidak terlalu parah dibandingkan di Australia Barat.

Pada Januari lalu, pemerintah Australia Barat menandatangano kesepakatan kerjasama atau MoU dengan 19 negara di Timur dan Selatan Afrika untuk membantu meningkatkan investasi pertambangan mereka.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement