REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Yahudi adalah agama lahir. Sebuah agama identitas. Sebagai sebuah agama identitas Yahudi mengikat para penganutnya. Semua orang keturanan Yahudi harus beragama Yahudi.
Di Israel muncul sebuah perdebatan. Banyak penganut Yahudi di negara itu yang bukan penganut ortodoks. Banyak umat Yahudi ortodoks yang melihat mereka yang non-ortodoks sebagai ancaman.
Para penganut Yahudi ortodoks melihat sejarah Yahudi Amerika. Dalam sejarah Yahudi Amerika para penganut Yahudi refomatif dan konservatif lebih tidak kenal dibandingan dengan penganut Yahudi yang berpandangan humanis dan rekonstruktif. Hal ini membuat Yahudi ortodoks takut pengaruh mereka di Israel menghilang karena Yahudi non-ortodoks semakin berkembang.
Rabi Avi Shafran salah seorang rabi Amerika menyoroti hal tersebut. Seperti dilansir dari blog pribadinya (4/9) Rabi Avi Shafran mengatakan ketakutan masyarakat Yahudi non-ortodoks, menurutnya tidak relevan. Rabi ini mengatakan golongan Yahudi non-ortodoks adalah mereka yang menolak untuk menerima tuntutan nilai-nilai tradisional Yahudi.
Mereka mempercayai apa yang harus dipercayai sebagai orang Yahudi. Namun tidak menjadikan agama sebagai tuntunan hidup mereka. Rabi Ava Shafran mengatakan hal ini disebabkan karena mereka tidak merasakan tuntutan tradisional Yahudi bermakna bagi hidup mereka.
Kekhawatiran kaum Yahudi ortodoks karena mereka tidak mengakui bahwa orang Yahudi non-ortodoks bukanlah orang Yahudi. Mereka takut Yahudi non-ortodoks semakin berkembang dan menggeser kedudukan mereka di Israel.
Saat ini masyarakat Yahudi ortodoks masih menyakini bahwa Yahudi non-ortodoks akan menjadi malapetaka bagi Israel. Hal ini membuat negara Israel menjadi terpecah dua antara mereka yang ortodoks dengan yang tidak.
Rabi Ava Shafran menulis perdana Menteri Pertama Israel David Ben-Gurion sudah meramalkan hal ini. Dan kini tibalah saatnya bencana sosial terjadi di Israel.