Kamis 04 Sep 2014 21:37 WIB

Napi Australia di Bali Pamerkan Lukisan di Melbourne

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Myuran Sukumaran, terpidana mati asal Australia Myuran Sukumaran akan memamerkan lukisan hasil karyanya  selama di penjara Kerobokan, Bali. Dana penjualan lukisan nantinya akan dimanfaatkan untuk membeli peralatan lukisan untuk kegiatan seni para napi di sana.

Myuran Sukumaran adalah salah seorang narapidana dalam kasus penyeludupan narkoba asal Australia. Dia dikenal dengan nama Bali Nine, dimana sembilan orang warga Australia yang dinyatakan bersalah berusaha menyeludupkan heroin dari Indonesia ke Australia di tahun 2005.

Myuran dianggap sebagai pemimpin kelompok tersebut, dan sudah dijatuhi hukuman mati, dan sekarang sedang menunggu hukumannya di penjara Kerobokan Bali. Dan selama menjalani tahanan ini, Myuran terlibat dalam pelatihan seni melukis, dan dengan bantuan dua orang seniman asal Australia Ben Quilty dan Matt Sleeth, Myuran sekarang sudah membuat sekitar 20 lukisan yang sebagian besar berbentuk potret untuk dipamerkan dan dilelang.

ina_syuran sukumaran potrait

Salah satu lukisan potret diri Myuran Sukumaran. (Photo: Matthew Sleeth Studio)

Pameran dan lelang akan digelar Sabtu (6/9) nanti di Matthew Sleeth Studio, Brunswick, Melbourne. Akan ada sekitar 20 lukisan yang dipamerkan, dan setiap lukisan tersebut akan dijual dengan harga sekitar $ 500 dollar (sekitar Rp 5 juta).

Sebagian besar berbentuk potret dan menampilkan tokoh-tokoh terkenal baik dari Indonesia maupun Australia seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. Selama dua tahun terakhir, dua artis Australia ternama Ben Quilty dan Matthew Sleeth sudah membantu dan berkomunikasi dengan Myuran Sukumaran guna membantu memperbaiki teknik melukisnya.

Menurut Megan Tittensor yang ikut terlibat dalam pameran ini, semua hasil penjualan dari pameran lukisan ini akan diserahkan ke penjara Kerobokan untuk membeli berbagai peralatan melukis guna membantu para napi yang terlibat dalam program tersebut di Kerobokan. "Ben Quilty dan Matthew Sleeth juga akan tetap terlibat dalam proyek membantu para napi di penjara lewat seni. Mereka akan kembali lagi ke Kerobokan untuk melanjutkan kerjasama membantu pelatihan di sana," kata Tittensor kepada wartawan ABC International, L. Sastra Wijaya.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement