REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seiring semakin banyak perusahaan yang begerak dari konstruksi ke bidang operasi dan produksi, jumlah perempuan yang bekerja di sektor tambang dan perminyakan pun menurun. Demikian laporan Asosiasi Pertambangan dan Logam Australia.
Asosiasi Pertambangan dan Logam Australia (Amma) adalah kelompok pekerja di industri sumber daya mineral, sekaligus juga dan advokasi tenaga kerja. Direktur eksekutif Amma, Tara Diamond mengatakan jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan telah meningkat sampai 12 bulan yang lalu.
"Kami melakukan sebaik mungkin dalam lima tahun terakhir (sampai 12 bulan yang lalu), dengan peningkatan hingga dua poin persentase setiap tahun," ujar Diamond. "Tapi dengan perubahan dalam industri yang mulai meninggalkan konstruksi dan lebih fokus pada operasional dan produksi, kami melihat persentase tersebut sedikit menurun."
"Secara nasional, ada 37 ribu perempuan yang bekerja di industri sumber daya mineral, dan itu hanya mewakili kurang dari 14 persen dari total keseluruhan."
Mayoritas dari jumlah tersebut bukan bekerja dalam posisi manajemen atau eksekutif.
Di Australia ada 37 ribu pekerja tambang perempuan (Foto: Teena Johnston - ABC OPEN)
"Biasanya perubahan struktur tenaga kerja pada industri mineral dan pertambangan akan menurunkan pula jumlah karyawan perempuan," kata Diamond, belum lama ini.
Masalah lain, menurutnya, adalah tidak ada penyaluran bagi para pekerja tambang perempuan yang berkerja di lapangan untuk bisa mendapat posisi puncak. Tapi, Diamond mengakui kehebatan Australia untuk mendidik para perempuan muda di sekolah menengah soal berkarir di industri pertambangan dan mineral.
Ia juga menambahkan bahwa sangat penting untuk memiliki pekerja yang berlatar belakang berbeda untuk mewakili setiap demografi nasional Australia.