Kamis 04 Sep 2014 21:28 WIB

Australia Kembangkan Alat Ukur Kecemasan Anjing

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pakar perilaku hewan dari Universitas Melbourne sedang mengembangkan skala pertama yang handal untuk mengukur tingkat kecemasan pada anjing. Alat ini dimaksudkan untuk membantu mendiagnosa masalah perilaku seperti agresi.

Para peneliti meyakini kalau perilaku masyarakat modern sekarang ini telah membuat anjing-anjing cemas berlebihan. Karena alasan itulah, saat ini tengah dicari cara untuk menurunkan kadar stres pada hewan tersebut.

Dokter hewan, Dr Denis Wormald dari Universitas Melbourne sering berhadapan dengan masalah kecemasan pada anjing sehari-hari. "Kecemasan menyebabkan anjing peliharaan mengalami serangkaian masalah perilaku mulai dari kecemasan karena berpisah dengan pemiliknya, agresif,  takut pada kebisingan, hal-hal seperti itu dan kecemasan itu mempengaruhi hubungan manusia dengan anjing peliharaannya," papar Dr Wormald, baru-baru ini.

"Sayangnya banyak anjing akhirnya disuntik mati oleh pemiliknya karena mereka dianggap tidak bisa lagi bersama mereka, dan kecemasan akan berkontribusi pada banyak kasus2 seperti itu."

Dia mengatakan ada banyak cara untuk mengetahui seekor anjing mengalami masalah kecemasan ketika berada disekitar manusia maupun anjing lainnya.

"Jika anda ingin melihat anjing dan mengetahui anjing itu sedang cemas, jika anjing itu berdiri didepan kalian maka Anda bisa memperhatikan dari mulai mereka sering menjilati bibirnya, atau menguap atau mengibas-kibaskan buntutnya atau terengah-engah, ini merupakan tanda-tanda anjing yang bisa jadi mengalami kecemasan," katanya.

Dr Wormald mengatakan dalam dunia ilmu pengetahuan setiap kali kita hendak mengeksplorasi sebuah masalah maka kita perlu bisa mengukur tingkat kedalaman dari masalah tersebut sehingga bisa ditentukan tes apa yang bisa dilakukan.

"Anjing yang akan diuji nantinya akan ditempatkan sendirian di sebuah ruangan dan kita akan melihat bagaimana reaksinya ketika sendirian," katanya.

"Cara ini bagus karena tidak melibatkan variabel kehadiran pemiliknya, karena anjing biasanya akan menunjukan perilaku tertentu ketika beradai disekitar pemiliknya, dan biasanya perilakunya menjadi berbeda."

Dr. Wormald mengatakan riset yang ajan dilakukannya ini hendak membantu menciptakan alat ukur kecemasan anjing peliharaan yang pertama di dunia.

"Reaksi normal anjing ketika tidak sedang cemas di lingkungan yang baru adalah dengan mengendus-ngendus dan mengeksplorasi lingkungan itu," katanya.

"Sementara pada anjing yang mengalami kecemasan dan stres, biasanya juga mengendus-ngendus tapi bukan karena ingin tahu tapi lebih didorong oleh upaya mencari jalur untuk melarikan diri, jadi perilakunya berbeda, dan memunculkan kepribadian yang ada didalam anjing tersebut,"

Dr Wormald mengatakan kecemasan pada anjing bisa dipicu oleh kombinasi antara alam dan juga pola pengasuhan.

"Tentu saja, anjing yang dipelihara di lingkungan yang sangat buru bisa sangat tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan yang tinggal dilingkungan yang baik," katanya lagi.

"Tapi ada banyak pemilik anjing yang merupakan pemilik anjing yang baik, dan mereka memperlakukannya dengan baik, tapi meski demikian anjing peliharaannya tetap saja mengalami masalah kecemasan."

Untuk mendukung riset ini, peneliti sedang mencari 90 ekor anjing untuk dilibatkan dalam riset ini.

Tracy Douglas, seorang pemilik anjing yang terlibat dalam riset menilai cara terbaik untuk mengatasi tingkat kecemasan pada anjing adalah dengan mengenai anjing milik anda sendiri.

"Pahami saja apa kesukaan anjing Anda, apa yang membuatnya geram, dan itu biasannya hal-hal yang kecil," tuturnya.

"Ketika mengajak anjing berjalan, pastikan untuk menjauhkan dia untuk bersikap menjengkelkan. Temuan ini terdengar lucu tapi tirk ini bisa membuantu anjing merasa nyaman dan bahagia,"

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement