Sabtu 06 Sep 2014 11:04 WIB

Gencatan Senjata di Ukraina Resmi Diberlakukan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Hazliansyah
Militan pro-Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.
Foto: EPA/Jakub Kaminski
Militan pro-Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kesepakatan gencatan senjata antara Ukraina dengan pemberontak pendukung Rusia resmi berlaku Jumat pagi. Kedua belah pihak sebelumnya telah sepakat untuk mengakhiri pertempuran di wilayah timur negara tersebut. 

Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah meminta pasukannya untuk melakukan gencatan senjata pada pukul 06.00 sore waktu setempat. Perintah ini disampaikan menyusul ditandatanganinya kesepakatan yang juga dihadiri oleh Ukraina, Rusia, para pemberontak, dan anggota OSCE di Minsk, Belarus.

"Saya meminta kepala militer Ukraina untuk menghentikan baku tembak mulai pukul 6 sore," katanya dalam pernyataan resmi melalui websitenya. 

Dalam kesepakatan tersebut turut hadir pemimpin Donetsk dan Luhansk, termasuk Alexander Zakharchenko, perdana menteri yang ditunjuk di Donetsk.

Kepala Nato, Anders Fogh Rasmussen, menyambut baik kesepakatan gencatan senjata ini. 

"Langkah penting selanjutnya yakni melaksanakannya, tetapi sejauh ini kondisinya baik," katanya. Ia pun berharap langkah ini sebagai langkah awal membangun proses politik. 

Sementara itu, Perdana menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, juga meminta AS dan Uni Eropa sebagai penjamin gencatan senjata. 

"Langkah ini harus didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kami tidak akan berhubungan dengan Rusia sendiri, kami butuh jaminan," katanya. 

Menjelang diumumkannya gencatan senjata, baku tembak masih terdengar di daerah pinggiran di Mariupol. Dalam pertempuran akhir-akhir ini, dikhawatirkan para pemberontak akan menguasai Mariupol dan menciptakan koridor antara Rusia dan Crimea. 

Diperkirakan 2.600 orang telah tewas dalam krisis ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement