Sabtu 06 Sep 2014 23:00 WIB

Somalia Siaga Tinggi Setelah Pemimpin Gerilyawan Shebab Tewas

Bendera somalia
Bendera somalia

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Pemerintah Somalia Sabtu memperingatkan bahwa akan terjadi gelombang serangan balas dendam oleh gerilyawan Al Shebab setelah pemimpin mereka dikonfirmasikan tewas dalam serangan udara AS.

Presiden negara Tanduk Afrika itu juga menyeru para petempur Shebab meletakkan senjata-senjata mereka dan menawarkan amnesti 45 hari dan memperingatkan mereka bahwa pasukan pemerintah dan AMISOM dari Uni Afrika akan segera menguasai wilayah mereka.

Pada Jumat Pentagon mengonfirmasikan Ahmed Abdi Godane, pemimpin Al Shebah tewas dalam serangan Senin oleh pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat dengan menembakkan rudal-rudal Hellfire dan bom-bom yang dikendlikan laser pada satu pertemuan para komandan Shebab.

Tidak ada komentar dari Shebab, yang selama satu minggu menolak mengonfirmasikan atau membantah kematian Godance. Menteri keamanan nasional Somalia mengatakan ia memperkirakan mereka kini sedang bersiap untuk melakukan serangan balasan.

"Badan-badan keamanan memperoleh infirmasi yang menunjukkan Al Shebab yang punya hubungan dengan Al Qaida kini sedang berencana akan melakukan serangan terhadap fasilitas-fasilitas medis,pusat-pusat pendidikan dan fasilitas-fasilitas lain pemeritah," kata Kalif Ahmed Ereg kepada wartawan.

"Pasukan keamanan siap menghadapi serangan-serangan mereka dan kami mengimbau masyarakat membantu pasukan keamanan dalam melawan tindakan-tindakan keras mereka," katanya.

Godane berperang untuk menggulingan pemerintah yang didukung internasional itu dengan melakukan serangan-serangan bom bunuh diri dan serangan-serangan komando yang berani, pembunuhan dan penculikan.

Godane, 37 tahun yang kabarnya pernah berlatih dengan Taliban di Afghanistan, juga mengatur transformasi kelompok itu dari pemberontakan lokal menjadi ancaman gerilya regional, memperluas jangkauan kelompok itu dengan serangan-serangan di negara-negaa yang menyumbang tentara untuk pasukan AMISOM.

Ia mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di ibu kota Uganda, Kampala Juli 2010 yang menewaskan 74 orang, dan kelompok itu juga mengklaim pembunuhan September 2013 di pusat perbelanjaan Westgate, di ibu kota Kenya, Nairobi dalam pengepungan empat hari yang menewaskan setidaknya 67 orang.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Josh Earnst mengatakan kematian Godane merupakan "satu tandan penting dan kehilangan operasional afiliasai Al Qaida itu di Afrika" dan operasi yang telaah menewaskan di itu dilakukan oleh badan intelijen, militer aparat peegakan hukum kami yang profesional."

Para pejabat AS tidak menyatakan secara persis bagaimana kematian Godane itu dikonfirmasian, tetapi dalam kasus-kasus yang sama pada waktu lalu , badan-badan intelijen AS menguji sampel-sampel DNA dan menghimpun keterangan-keteranga dari orang-orang yang mengetahui tentang dia.

Departemen luar negari AS memasukkan Godane sebagai salah seorang dari dari delapan teror yang dicari, dan seroang pejabat penting intelijen AS mengatakan jelas belum pengantinya.

Ia adalah seorang pemimpin Al hebab yang kuat dan pada dasarnya tetap menjaga hubungan yang denagn para pesaingnya," kata Mathhhew Olsen, direktur Psata Kontra-Terorosme Nasional AS.

Kelompok itu terpecah belah dan "ada sejumlah kandidat" yang mungkin dapat menggantikan Godane, kata Olsen krpada wartswan dan menambahkan akan sangat sulit untuk "tetap menekan."

Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mengatakan kematian Godane adalah "satu peluang bagi para anggota Al Shebab untuk melakukan perdamaian."

Ia mengatakan pemerintah "menawarkan amnesti kepada para anggota Al Shebab yang menghentikan aksi kekerasan dan memutuskan hubungan mereka dengan Al Shebab dan Al Qaida-- tetapi hanya 45 hari ke depan."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement