REPUBLIKA.CO.ID,SIERRA LEONE--Pemerintah Sierra Leone akan memberlakukan karantina terhadap warganya selama empat hari. Dalam masa karantina, tidak ada yang boleh meninggalkan rumah mereka.
Aljazirah melaporkan, pemerintah Seirra Leone memerintahkan warganya untuk tidak meninggalkan rumah mereka antara tanggal 18 hingga 21 September. “Ini dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran lebih lanjut virus ebola di seluruh wilayah Afrika Barat,” terang penasihat presiden yang bertugas khusus menangani kasus ebola, Ibrahim Ben Kargbo, Ahad (7/9).
Dalam wawancaranya dengan kantor berita Reuters, Kargbo juga mengatakan, pendekatan agresif diperlukan untuk menangani penyebaran ebola secara menyeluruh. Menurut data PBB, tercatat terdapat 491 kasus kematian akibat ebola di Sierra Leone. Sementara total kasus kematian akibat ebola di Afrika Barat mencapai 2.097 kasus, sejak Maret.
“Karantina akan memudahkan tenaga medis untuk melacak kasus-kasus yang dicurigai sebagai ebola. Nichol menambahkan, periode karantina dapat diperpanjang jika diperlukan,” ujar Wakil Menteri Informasi Sierra Leone Theo Nichol.
Organisasi bantuan medis, Dokter Tanpa Batas mengatakan, jam malam dan karantina justru akan menyebabkan penyebaran penyakit lebih lanjut. Sebab menurut mereka akan lebih banyak kasus ebola yang disembunyikan.
"Menurut pengalaman kami, karantina tak akan membantu mengontrol ebola, karena hanya akan membuat orang-orang terpuruk dan membahayakan kepercayaan antara masyarakat dan penyedia layanan kesehatan," kata kelompok tersebut.
Mereka menyerukan pada negara-negara dengan respon tanggap bencana sipul dan militer, untuk mengirimkan peralatan dan timnya ke Afrika Barat. "Ini harapan terbaik kami, membawa wabah mematikan ini di bawah kontrol secepat mungkin," ungkap mereka.