REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK-- Bentokan kembali terjadi di timur Ukraina, Ahad (7/9). Bentrokan itu pun mengancam gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua hari. Peristiwa tersebut menewaskan seorang wanita dan sedikitnya melukai empat orang.
Kesepakatan yang ditengahi oleh utusan dari Ukraina, pemimpin separatis, Rusia dan pengawas keamanan Eropa (OSCE) merupakan bagian dari rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik. Namun sejumlah bentrokan yang masih terjadi membahayakan gencatan senjata.
Konflik berlanjut ke dekat pelabuhan Mariupol di Laut Azov pada Sabtu (6/9) malam hingga Ahad. Peristiwa terjadi beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyepakati gencatan senjata.
Pertempuran juga pecah pada Ahad, di pinggiran utara yang dikuasai pemberontak. Seorang wartawan Reuters melihat gumpalan asap hitam memenuhi langit dekat bandara.
"Dengarkan suara gencatan senjata, ada pertempuran yang terjadi di sana," canda salah seorang pemberontak bersenjata.
Kedua kota kemudian kembali tenang pada setengah hari Ahad. Tapi saksi mata Reuters mengatakan, sore hari kembali terdengar ledakan mortir di perbatasan Donetsk. Mereka merusak sebuah jembatan tempat pemberontak mendirikan penghalang.
Dalam sebuah laporan terbaru, Amnesty International menuduh kedua pemberontak dan milisi Ukraina melakukan kejahatan perang. Tuduhan ini berdasar pada citra satelit yang menunjukkan penumpukan baju lapis baja dan artileri Rusia di timur Ukraina.