Senin 08 Sep 2014 11:24 WIB

Bentrokan di Ukraina Timur Ancam Gencatan Senjata

Rep: Gita Amanda/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Militan pro-Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.
Foto: EPA/Jakub Kaminski
Militan pro-Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK-- Bentokan kembali terjadi di timur Ukraina, pada Ahad (7/9), mengancam gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua hari. Peristiwa tersebut menewaskan seorang perempuan dan sedikitnya melukai empat orang.

Sebelumnya utusan dari Ukraina, pemimpin separatis, Rusia dan pengawas keamanan Eropa (OSCE) menyepakati gencatan senjata. Kesepakatan ini juga merupakan bagian dari rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik. Namun sejumlah bentrokan yang masih terjadi membahayakan gencatan senjata.

Konflik berlanjut ke dekat pelabuhan Mariupol di Laut Azov pada Sabtu (6/9) malam hingga Ahad. Peristiwa terjadi beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyepakati gencatan senjata.

Pertempuran juga pecah pada Ahad, di pinggiran utara yang dikuasai pemberontak. Seorang wartawan Reuters melihat gumpalan asap hitam memenuhi langit dekat bandara.

 

"Dengarkan suara gencatan senjata, ada pertempuran yang terjadi di sana," canda salah seorang pemberontak bersenjata.

Kedua kota kemudian kembali tenang pada setenga hari Ahad. Tapi saksi mata Reuters mengatakan, sore hari kembali terdengar ledakan mortir di perbatasan Donetsk. Mereka merusak sebuah jembatan dimana pemberontak mendirikan penghalang.

Dalam sebuah laporan terbaru, Amnesty International menuduh kedua pemberontak dan milisi Ukraina melakukan kejahatan perang. Tuduhan ini berdasar pada citra satelit yang menunjukkan penumpukan baju lapis baja dan artileri Rusia di timur Ukraina.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement