Senin 08 Sep 2014 16:50 WIB

Kisah Seorang Tentara yang Kabur dari Eksekusi ISIS

Rep: Gita Amanda / Red: Citra Listya Rini
Anggota ISIS
Foto: Reuters
Anggota ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, Shaker Thieban, seorang tentara Irak, tak pernah menyangka dirinya dapat menceritakan kisahnya ini. Ia berhasil melarikan diri dari pembantaian yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kini dikenal Negara Islam. Padahal pembantaian di daerah Tikrit sejauh ini telah menewaskan setidaknya 560 tentara.

Melalui sambungan telepon, dari kampung halamannya di Nassiriya, Thieban berkisah pada Al Jazeera. Saat itu menurutnya ia dan tentara lain baru kembali dari latihan dasar militer, seketika militan ISIS menembak secara brutal ke segala arah. "Peluru seperti hujan dan satu persatu tubuh berjatuhan," kata tentara berusia 24 tahun itu.

Tak ada cara lain selain berlari menurutnya. Sebab sekelilingnya kala itu hanyalah perkebunan tomat. Tidak ada pepohonan tinggi atau bangunan untuk berlindung. Beruntung, Thieban berhasil lolos dari pembantai pada bulan Juni tersebut.

Sekitar 560 hingga 770 tenyara Irak tewas, di wilayah Tikrit, provinsi Salahadin, Irak. Sekitar 170 km utara Baghdad. Lembaga Hak Asasi Manusia menemukan bukti di tiga lokasi eksekusi massal di kota tersebut.

Pejabat keamanan Irak mengatakan pada Aljazirah, mereka memperkirakan sekitar 2.400 tentara Irak tewas atau diculik oleh ISIS, di Tikrit. Sementara ISIS sendiri mengklaim telah membunuh sebanyak 1.700 tentara.

ISIS sempat merilis sebuah foto, yang menunjukkan pria berpakaian sipil tengah telungkup dengan tangan terikat. Ia berada di selokan yang dikelilingi oleh ladang kuning. Sementara deretan pejuang bertopeng menembaki mereka.

Thieban merupakan satu dari 1.500 calon tentara baru yang dikirim ke Tikrit. Mereka hendak dibentuk dalam unit baru, setelah menerima pelatihan dasar selama dua pekan.  Pada 11 Juni, unit tersebut dipindahkan ke Speicher, di mana sebelumnya telah ditempatkan 200 polisi dan pasukan khusus. 

Thieban mengatakan saat meninggalkan pangkalan ia bersama 12 tentara lain diculik pejuang ISIS. Mereka dimasukkan ke belakang sebuah truk terbuka. Saat kelompok tentara lain di dalam truk berdebat dengan para pejuang, Thieban dan rekan-rekannya memutuskan melarikan diri.

"Saat mereka bersiap mengeksekusi tentara, kami ditinggalkan sendiri sehingga kami memutuskan mengambil peluang kami dan melompat dari truk," kata Thieban. "Kami berlari dan terus berlari."

Setelah lima jam melarikan diri mereka kelelahan, haus dan putus asa ketika mereka menemukan sebuah sungai kering di tepi sebuah peternakan. Mereka memutuskan untuk berbaring untuk mengambil napas dan menunggu matahari terbenam untuk melanjutkan pelarian mereka. 

"Saya sangat lelah dan tidak bisa berlari lagi. Aku meminta teman-teman saya untuk meninggalkan saya di sana dan terus bergerak. Pada saat itu, itu tidak lagi penting bagi saya. Saya mati kehausan," kata Thieban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement