REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Rusia memperingatkan dapat memblokade penerbangan internasional melalui pelarangan wilayah udaranya. Sanksi itu akan dijatuhkan oleh Rusia kepada Uni Eropa jika menjatuhkan sanksi baru terkait konflik Ukraina.
Uni Eropa pun diperkirakan akan mengumumkan apakah sanksi yang dijatuhkan akan berlaku sekarang atau ditangguhkan. Uni Eropa telah mengatakan penjatuhan sanksi ini bergantung pada situasi yang berkembang.
PM Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan, Moscow dapat merespons atas sanksi yang lebih lanjut itu. Pelarangan wilayah udara Rusia dapat membuat sebagian besar maskapai bangkrut.
"Jika ada sanksi yang berhubungan dengan sektor energi, atau pelarangan lebih lanjut pada sektor finansial Rusia, kami akan meresponnya. Contohnya dengan melakukan pelarangan dalam sektor transportasi," jelasnya seperti dilansir BBC.
"Kami bekerja berdasarkan hubungan pertemanan dengan mitra kami, dan itulah mengapa wilayah udara Rusia terbuka untuk penerbangan. Tetapi jika kami dibatasi kemudian kami akan meresponnya," katanya.
Maskapai penerbangan bisa membutuhkan lebih banyak bahan bakar jika Rusia memblokade rute penerbangan mereka menuju Asia. Penerbangan juga membutuhkan waktu yang lebih lama.
Pekan lalu, pejabat Uni Eropa mengatakan sanksi ini merupakan langkah lebih lanjut dan dapat berpengaruh pada pasar Rusia. Termasuk terhada barang yang dapat digunakan untuk tujuan militer, peralatan pertahanan, dan sejumlah tehnologi lainnya.
Selain itu, mereka juga akan memperluas pelarangan visa dan membekukan asset pejabat Rusia. Termasuk pemimpin pemberontak di Ukraina.
Pertempuran di daerah timur Ukraina telah menewaskan 2.600 warga sejak April. Sedangkan, gencatan senjata terbaru telah disepakati pada Jumat.
Selama ini, Rusia berulang kali membantah tuduhan Ukraina dan Barat telah mengirimkan pasukan dan peralatan militernya ke Ukraina timur.