Selasa 09 Sep 2014 04:55 WIB

WHO: Lebih Banyak Orang Tewas karena Bunuh Diri Ketimbang Perang

Seorang demonstran, Agustinus nyaris bunuh diri di atap jembatan penyeberangan orang (JPO) Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (26/7). (Republika/Raisan Al Farisi)
Seorang demonstran, Agustinus nyaris bunuh diri di atap jembatan penyeberangan orang (JPO) Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (26/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pekan lalu bahwa lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. WHO, yang meluncurkan laporan global pertamanya mengenai pencegahan bunuh diri, mengatakan lebih banyak orang mati karena bunuh diri dibandingkan karena konflik, perang dan bencana alama sekaligus. 

Badan dunia itu melaporkan bahwa setiap 40 detik, seseorang di suatu tempat di dunia melakukan bunuh diri. Meski ada angka statistik tinggi yang mengejutkan ini, WHO menyatakan hanya ada sedikit negara yang memiliki kebijakan yang ditujukan pada pencegahan bunuh diri. 

Direktur Kesehatan Jiwa dan Penyalahgunaan Narkoba di WHO, Shekhar Saxena mengatakan, ada jauh lebih banyak hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk memberikan dukungan bagi orang-orang yang rentan.

Ia menambahkan bahwa bunuh diri adalah dampak dari orang-orang yang merasa terisolasi, depresi dan tidak memiliki harapan. Menurutnya, masyarakat dapat melakukan lebih  banyak untuk memberikan dukungan pada mereka pada saat stress berat.

"Orang-orang yang akhirnya melakukan bunuh diri telah, hampir di semua kasus, mencari pertolongan dari seseorang. Bisa saja teman, anggota keluarga, sistem perawatan kesehatan, sistem jaminan sosial. Bisa juga organisasi agama dan sangat sering permintaan tolong ini tidak ditanggapi secara positif. Jadi masyarakat, keluarga, memiliki tanggung jawab untuk hadir dan memberikan dukungan yang diperlukan," ujar Saxena.

Badan Kesehatan Dunia menyebut bunuh diri masalah kesehatan global yang besar. Menurutnya, anggapan umum yang salah adalah bahwa bunuh diri adalah fenomena Barat dan negara maju. Realitasnya, sekitar 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.

WHO mengatakan bahwa metode yang paling umum secara global ada minum pestisida, gantung diri dan menembak diri. Data dari sejumlah negara Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya menunjukkan bahwa akses terbatas pada alat-alat ini dapat membantu mencegah orang mati bunuh diri.

 

Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : VOA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement