REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Sebuah bom telah meledak di ibukota Chili, Santiago dan melukai delapan orang. Delapan diantaranya dinyatakan terluka serius.
Bom meledak saat jam makan siang di pusat perbelanjaan yang tengah padat dikunjungi. Pemerintahan setempat mengatakan akan menggunakan undang-undang anti-terorisme untuk menemukan pelaku.
Di Santiago, dikutip dari BBC, Selasa (9/9) terdapat sekitar 200 serangan bom yang dilakukan oleh kelompok anarkis. Para penyelidik kepolisian pun meyakini bom tersebut diletakkan di tempat sampah. Mereka juga mengatakan telah mengidentifikasi mobil yang digunakan oleh pelaku untuk melarikan diri.
Undang-undang anti-terorisme ini dapat membuat pelaku ditahan lebih lama tanpa tuduhan dan dapat dihukum lebih lama. Penggunaannya pun masih kontroversi.
Selama satu dekade terakhir, pengeboman di Santiago telah membuat para penyelidik bingung. Sekitar 80 kelompok yang berbeda telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Para jaksa pun tak mengetahui apakah mereka berhubungan dengan satu kelompok yang terus menerus berganti nama. Hampir sepertiga serangan bom terjadi di luar bank, kantor polisi, barak militer, gereja, kedutaan, dan target lainnya.