Rabu 10 Sep 2014 17:05 WIB

Cameron Bersikukuh Skotlandia Harus Tetap Bersama Inggris

Rep: Gita amanda/ Red: Esthi Maharani
David Cameron
Foto: EPA/Maurizio Gambarini
David Cameron

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH -- Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan sangat menginginkan Skotlandia untuk tetap bersama Inggris. Ia memperingatkan, kemerdekaan merupakan lompatan dalam kegelapan yang akan menghukum generasi mendatang.

The Telegraph melaporkan, dalam intervensi paling signifikan untuk menjaga Skotlandia tetap bergabung bersama Inggris, Perdana Menteri langsung mengajukan keberatan ke pemilih di utara perbatasan. Ia mengatakan, tak seorang pun di Inggris ingin keluarga bangsa-bangsa terpecah.

"Inggris adalah negara berharga dan istimewa. Apa yang dipertaruhkan, jadi janganlah ada orang di Skotlandia dalam keraguan. Kami sangat ingin kalian tetap tinggal, kami tak ingin keluarga ini terpecah," ungkap Cameron.

Keberatan Cameron datang setelah bank-bank besar di dunia dan ahli keuangan memperingatkan konsekuensi ekonomi, dibalik rencana kemerdekaan Skotlandia.

Barclays, Deutsche Bank, Societe General, JP Morgan, RBC Capital Markets dan Credit Suisse semua membuat ramalan keuangan Inggris. Mereka memperingatkan klien mereka akan risiko berinvestasi di Inggris, jika Skotlandia memisahkan diri.

Sementara itu Gubernur Bank of England Mark Carney mengatakan, kemerdekaan Skotlandia tak mampu menjaga pound. Sebab ini akan tidak sesuai dengan kedaulatan.

Tiga pemimpin partai utama Westminster akan melakukan perjalanan ke Skotlandia pada Rabu (10/9). Ini akan menjadi pertaruhan akhir untuk menjaga serikat, setelah jajak pendapat menunjukkan kampanye Alex Salmond untuk Skotlandia memisahkan diri berada di jalur kemenangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement