Kamis 11 Sep 2014 08:13 WIB

Rusia Tarik Pasukan Dari Ukraina, AS: Ini Langkah Kecil Pertama

Pasukan Rusia
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Pasukan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Amerika Serikat mengambarkan pengumuman Presiden Ukraina Petro Poroshenko Rabu bahwa Rusia telah menarik sebagian besar pasukannya dari negaranya sebagai "langkah baik kecil pertama".

Washington tidak dapat memverifikasi apa yang akan menjadi berpotensi perkembangan signifikan dalam krisis itu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf.

Dia menambahkan: "Jika itu benar - tetapi itu jauh dari cukup - itu akan menjadi sebuah langkah kecil pertama yang baik."

Poroshenko mengatakan gencatan senjata Jumat - yang pertama didukung oleh Kiev dan Moskow sejak konflik meletus lima bulan lalu - telah secara dramatis meningkatkan keamanan di sabuk industri Ukraina, di mana Kiev telah memerangi pemberontak pro-Moskow.

Memberikan sambutan berhati-hati atas penarikan tentara Rusia baru-baru ini, Harf menambahkan: "Tentu saja, bahkan jika kita akhirnya bisa memverifikasi klaim tentang pasukan Rusia ditarik kembali, masih akan ada tentara Rusia yang berada di sana.

"Jelas, langkah-langkah de-eskalasi akan baik, tetapi ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan di sini."

Secara terpisah, di Jerman Marshall Fund di Washington, Victoria Nuland, asisten menteri luar negeri untuk urusan Eropa dan Eurasia,

memperingatkan bahwa "ada jalan panjang untuk pergi."

"Semua pasukan asing harus ditarik, semua bahan asing harus ditarik, perbatasan harus diamankan, harus ada desentralisasi dan amnesti yang telah dijanjikan," katanya.

Dia menolak "mentah-mentah" pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang bagi negara-negara Barat telah menciptakan krisis Ukraina dan menggunakannya untuk menghidupkan kembali NATO.

"Perubahan NATO di postur, keputusan NATO, adalah akibat langsung dari ancaman bahwa sekutu individu ...yang merasa sebagai hasil dari dukungan Rusia bagi separatisme di Ukraina, intervensi langsung Rusia di Ukraina," katanya.

"Kita semua akan senang untuk kembali ke status quo jika Rusia akan melakukannya dulu."

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement