Jumat 12 Sep 2014 06:13 WIB

Gencatan Senjata di Ukraina Hanya Omong Kosong

Rep: Gita Amanda/ Red: Mansyur Faqih
Kekerasan di Ukraina
Kekerasan di Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu tampak sangat berduka di pinggir peti mati kedua putrinya. Nikita (10 tahun) dan adiknya Karolina (6) meregang nyawa di hari gencatan senjata Ukraina diumumkan.

Wartawan BBC Fergal Keane yang menghadiri pemakaman keduanya berkisah. Pemakaman awalnya berjalan hening, hanya suara angin bertiup di dekat jerami yang baru dipanen. Keheningan terkoyak, ketika sebuah van yang mengangkut peti kedua gadis kecil itu datang.

Nikita dan Karolina sama sekali tak tampak seperti mati. Keduanya terlihat seolah-oleh tengah tertidur pulas, tenang.

Sebaliknya, ibu mereka, Tatiana langsung menangis saat peti mati tiba. Ia merangung keras melampiaskan kesedihan, kemarahan, dan kebingungannya. Tak menyangka kedua bocah kecilnya tewas akibat perang.

Di kehidupan sehari-hari, Nikita hidup dengan kursi rodanya. Ia menderita cerebral palsy dan tak mampu makan sendiri. 

Adiknya, Karolina, adalah malakit kecil. Ia kerap membantu keluarga. Nikita dan Karolina sehari-hari bersama sang nenek Lubov Vasilievna.

Di hari gencatan senjata dimulai, 5 September, dan beberapa jam sebelum gencatan mulai berlaku, Lubov duduk bersama kedua cucunya. Ia tengah bermain bersama cucu-cucunya di apartemen mereka di daerah Mariupol, saat penembakan dimulai.

Kedua belah pihak terlibat baku tembak di daerah di mana warga sipil tinggal. Seperti dalam setiap perang, warga sipil kerap menjadi sasaran korban.

Saat penembakan dimulai, Lubov langsung membawa dua cucunya ke tempat persembunyian di bawah tanah bangunan lain. Ia mendorong kursi roda Nikita dan menggandeng tangan Karolina, bergegas melintasi halaman. Ia kemudian hanya ingat suara peluru meluncur dan tanah bergetar. 

"Saat memegang Karolina, saya lihat seluruh sisi kirinya robek. Dia terluka di lengan dan telinganya berdenging akibat ledakan," kata Lubov. Tapi entah kenapa ia masih bisa membawa keduanya ke apartemennya. Karolina sudah mati. Sementara Nikita pingsan.

"Nikita masih di kursi rodanya. Itu benar-benar sulit. Ada darah di mana-mana," kenangnya.

Kemudian beberapa tentara tiba, sayang Nikita sudah tewas. Lubov lalu dibawa ke rumah sakit. Sementara bayangan kematian kedua cucunya di depan mata, tak bisa dihapusnya.

"Tiga hari kemudian aku melihatnya di kuburan," kata Lubov, menangis bersama anaknya di pemakaman.

Ibu Tatiana berulang kali berteriak, "Tuhan mengapa Kau mengambil mereka!" Sebelum peti mati diturunkan ke kuburan, Tatiana juga masih berbicara lembut pada mereka. Membelai rambut seolah mereka masih mendengar kata-katanya.

Kemudian kesedihan mendalam membuatnya pingsan. Akhirnya hanya suami dan beberapa tetangganya tersisa. Lubov duduk di depan makam dalam keheningan.

Gencatan senjata seharusnya mengakhiri kekejaman sporadis yang menghancurkan kehidupan Nikita dan Karolina. Namun, bagi keluarga mereka, gencatan senjata hanya omong kosong belaka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement