REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bagi para pelancong yang ingin menghemat liburan, mungkin bisa mencoba menyewa tempat tidur ekstra di rumah-rumah penduduk lokal, daripada menyewa kamar hotel. Atau bisa juga bertukar tempat tinggal, kalau menemukan orang dan waktu yang pas.
Istilah coachsurfing semakin digemari oleh para pengelana di dunia, termasuk di Australia, untuk menghemat biaya liburan. Inti dari coachsurfing adalah menginap di rumah warga lokal yang menyewakan kamar, tempat tidur, atau bahkan sofa.
Kalau belum mencobanya, mungkin kita agak sedikit ragu, menerima orang asing yang belum pernah dikenal berada di rumah kita.
Tapi sekali Anda mencoba, siap-siap menjadi ketagihan. Selain coachsurfing, ada pula istilah house swapping.
Lewat house swapping Anda bisa bertukar rumah dengan seseorang di tempat tujuan Anda berlibur, asalkan si pemilik rumah juga sedang ingin liburan di kota Anda.
Misalnya, Anda berada di Yogyakarta, hendak pergi ke Sydney. Anda bisa bertukar tempat tinggal dengan warga di Sydney, yang kebetulan sedang juga mencari akomodasi di Yogyakarta. Kemudian tinggal diatur, maka bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan kedua pihak
Bagi yang menyewakan kamar ekstra-nya lewat coachsurfing, menjamu orang asing bisa jadi hal yang menyenangkan. "Saya tak harus lagi berpergian," ujar Jen, warga Queensland, yang menyewakan apartemennya di kawasan Townsville.
"Ada beberapa orang yang menyenangkan dari seluruh dunia tinggal di rumah saya. Saya ingin menjadikannya sebagai hobi, terlepas ada uangnya atau tidak," tambah Jen, baru-baru ini.
Lain halnya dengan PJ, yang sudah sering melakukan house swapping atau bertukar rumah. Rumahnya di kawasan Pantai Airlie, Queensland sudah selama tujuh tahun sering 'dikunjungi' oleh orang asing.
Sepertinya ia sangat menikmatinya, karena bisa menghemat banyak biaya. "Terutama jika kita berada berada di tempat-tempat mahal seperti Paris atau Provence, ini benar -benar menguntungkan karena tidak perlu bayar hotel," jelas PJ.
PJ mengaku kalau ia selalu percaya dengan orang lain, tapi menurutnya house swapping ini mungkin tidak cocok bagi mereka yang terlalu cinta akan barang-barangnya. "Kita harus menjadi orang yang bisa percaya pada orang lain, kalau mau melakukan ini," ujar PJ. "Karena mungin saja ada piring yang pecah, atau barang yang hilang."
Tapi dalam pengalamannya juga, PJ juga sudah beberapa kali mendapatkan tempat yang ia dapatkan tidak sama dengan yang diharapkan. "Kita harus siap untuk situasi seperti itu," jelasnya. "Beberapa tempat tinggal ada yang benar-benar luar biasa, tak terduga sebelumnya, tetapi ada juga beberapa yang berisik dan tidak sama bersihnya dengan kita."
Baik Jen dan PJ sama-sama tidak terlalu menjadi terlalu dekat dengan tamu mereka, tetapi yang penting mereka ramah. Jen mengaku kalau tamu-tamunya sudah mengenalkannya pada pemikiran yang berbeda, yang tidak kebanyakan seperti orang-orang di Queensland utara.
"Kita menjadi bagian dari komunitas yang besar... inilah kenikmatan dari kepribadian yang berbeda-beda," kata Jen.