REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Amerika Serikat pada Jumat (12/9) menyatakan akan melatih tentara Liberia untuk membantu operasi karantina dalam penanganan wabah Ebola yang menyebar di sejumlah negara kawasa Afrika Barat.
Penyebaran wabah Ebola di Afrika Barat telah menewaskan lebih dari 2.400 orang di Afrika Barat dan lebih dari setengahnya merupakan warga negara Liberia. Sejumlah pejabat Liberia mengatakan bahwa Ebola merupakan ancaman terbesar keamanan nasional sejak perang saudara 1989-2003.
Sementara itu pemerintah Amerika Serikat sebelumnya berjanji memberikan bantuan senilai 100 juta dolar AS dengan menyediakan peralatan pelindung bagi pekerja kesehatan, makanan, air, dan peralatan medis.
"Kami berkomitmen untuk membantu Liberia sampai berakhirnya bencana ini dan juga dampak-dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat wabah Ebola," kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Liberia Deborah Malac.
Tawaran bantuan pelatihan tentara muncul setelah sejumlah anggota pasukan keamanan Liberia menembaki kerumunan demonstran yang memprotes kebijakan karantina dari pemerintah di ibu kota. Seorang pemuda 15 tahun tewas karena tembakan itu.
"Kami akan melatih kepolisian nasional Liberia dan juga pasukan bersenjata mengenai bagaimana seharusnya mereka membantu operasi karantina dan cana mengamankan rumah sakit," kata Malac tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Jumlah kematian akibat wabah Ebola semakin meningkat pada pekan lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setidaknya 500 pakar asing dibutuhkan. Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) juga mendesak negara-negara maju untuk mengirim tim medis militer ke Afrika Barat untuk memperbaiki sistem layanan kesehatan yang kewalahan oleh banyaknya korban.