Ahad 14 Sep 2014 17:11 WIB

Paus Franciskus: Konflik di Dunia Bisa Picu Perang Dunia Ketiga

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agung Sasongko
Paus Franciskus I
Paus Franciskus I

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Paus Franciskus memperingatkan ancaman terjadinya perang dunia ketiga saat berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Italia. Alasannya, sejumlah konflik bersenjata yang terjadi di dunia saat ini, seperti di Ukraina, Suriah, Irak, Gaza, dan lainnya belum dapat dihentikan.

Menurut pengamat hubungan internasional Alex Jemadu, konflik-konflik regional yang terjadi saat ini tidak dapat diremehkan. "Jangan meremehkan konflik regional yang ada, seperti di Jepang dan Cina. Karena sejarah masih menyisakan kepahitan terhadap Cina saat Perang Dunia ke-2," katanya, Ahad (14/9).

Lanjutnya, dalam menyelesaikan masalah Cina pun cenderung menggunakan kekuataan militernya. "Sedangkan, Jepang juga masih menganggap dirinya sebagai negara kuat di Asia," jelasnya. Ia pun mengatakan Cina dan Rusia sama-sama memiliki keberanian menentang supremasi Amerika Serikat.

Menurut Alex, konflik diantara negara besar itu melibatkan harga diri, sehingga masing-masing negara tidak ingin mengalami kekalahan. Alex pun mengatakan pernyataan Paus Francis mengingatkan diperlukannya diplomasi yang jauh lebih penting daripada militer.

Selain itu, dalam memulihkan keamanan di dunia, Amerika Serikat juga harus mengukur kekuataan yang akan digunakan. "Jangan berlebihan apalagi timbul korban sipil. Karena akan menimbulkan kebencian terhadap AS sendiri dan justru memperburuk masalah," tambahnya.

Sementara itu, organisasi dunia PBB pun dinilai tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Meskipun begitu, PBB masih diperlukan saat ini dan menjadi satu-satunya organisasi yang dapat menyelesaikan persoalan dunia.

Alex juga mengatakan untuk membantu memulihkan keamanan dunia, negara-negara yang tergabung dalam negara non-blok perlu memberikan tekanan kepada majelis umum PBB. Langkah ini dilakukan agar lebih mengutamakan penyelesaian konflik secara damai.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement