Senin 15 Sep 2014 14:26 WIB

Serbia 'Panas' Melihat Referendum Skotlandia

Rep: Antara/ Red: Indah Wulandari
Seorang muslim Bosnia  berdiri menyaksikan makam korban perang Serbia.
Foto: muslimmedianetwork.com
Seorang muslim Bosnia berdiri menyaksikan makam korban perang Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID,SARAJEVO—Referendum kemerdekaan Skotlandia dari Inggris Raya memunculkan harapan kemerdekaan serupa bagi Bangsa Serbia di Bosnia.

"Kami mengikuti apa yang terjadi di Italia (Tyrol Selatan), di Skotlandia dan bahkan di Catalonia. Hal itu adalah pengalaman penting bagi RS," kata presiden entitas Serbia di Bosnia Republika Srpska (RS) Milorad Dodik, Senin (15/9).

Ia pun menilik setelah Crimea berpisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia menyusul referendum yang disengketakan pada Maret dan Skotlandia menjelang referendum kemerdekaan pada Kamis (18/9),  rakyat Bosnia tidak ragu untuk membangkitkan isu pemisahan diri.

Di Bosnia yang multi-etnis, perang berdarah pada 1992-1995 selama perpecahan Yugoslavia, para pengamat mengatakan pembicaraan tentang kemerdekaan juga mengundang bahaya konflik baru bersenjata.

Perjanjian damai Dayton yang mengakhiri perang antar-etnis di Bosnia menciptakan dua entitas yang hampir sama dan sangat otonom, Republika Srpska dan Federasi Kroasia-Muslim, dihubungkan dengan pemerintah pusat longgar yang bertanggungjawab urusan luar negeri, keuangan, dan pertahanan.

Orang-orang Serbia telah memboikot referendum Bosnia 1991 untuk berpisah dari Yugoslavia yang berhasil berkat suara orang Muslim dan Kroasia.

Tapi, proklamasi kemerdekaan Bosnia pada 1992 harus dihargai sebuah perang brutal antara bangsa Serbia melawan Muslim dan Kroasia yang memakan korban lebih dari 100 ribu orang.

Banyak orang Serbia, hingga kini, tidak pernah benar-benar menerima negara Bosnia pasca-perang meskipun mereka memiliki otonomi yang tinggi di Republika Srpska.

"Jika sebuah referendum diselenggarakan besok, sebagian besar orang Serbia akan mendukung kemerdekaan," kata profesor hubungan internasional di University of Banja Luka, Milos Solaja, di entitas Serbia Bosnia.

"Republika Srpska telah secara bertahap menjadi sebuah entitas politik yang paling banyak penduduknya dengan indentifikasi, Serbia," kata Solaja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement