Senin 15 Sep 2014 20:14 WIB

Snowden dan Assange Serang Pemerintahan Selandia Baru

Edward Snowden.
Foto: Reuters
Edward Snowden.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan pegawai intelijen Amerika Serikat Edward Snowden dan pendiri WikiLeaks yang menjadi buruan, Julian Assange, pada Senin bergabung untuk menyerang pemerintahan Selandia Baru dengan menuduh Wellington melancarkan pengintaian massal terhadap rakyatnya.

Menurut mereka, pengintaian oleh pemerintahan Selandia Baru itu berlangsung lima hari sebelum negara tersebut menyelenggarakan pemilihan umum.

Pemunculan kedua sosok yang menjadi buruan itu secara bersama-sama, meskipun hanya melalui saluran satelit, merupakan bagian dari acara "Momen Kebenaran" yang diselenggarakan oleh Kim Dotcom.

Dotcom adalah konglomerat Internet yang sedang menghadapi upaya ekstradisi dari Selandia Baru ke Amerika Serikat untuk dihadapkan pada tuntutan hukum terkait pembajakan dunia maya.

Dotcom, yang berkampanye agar pemerintahan Perdana Menteri John Key yang dipimpin partai berhaluan tengah-kanan, Partai Nasional, dicopot pada Sabtu, telah berjanji beberapa pekan lalu bahwa ia akan mengeluarkan kabar "menghebohkan" sebelum pemilihan.

Snowden, yang muncul dalam siaran langsung dari Moskow --tempat ia mendapat izin tinggal selama tiga tahun, menyatakan bahwa badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) memiliki fasilitas di Selandia Baru.

Ia mengatakan bahwa selama ia masih bertugas sebagai analis untuk NSA, dirinya secara berkala menjalin komunikasi dengan pihak Selandia Baru dan Selandia Baru juga memiliki salah satu jaringan sensor di seluruh dunia, yang memungkinkannya mendapatkan akses ke surat-surat elektronik.

Assange, yang berbicara dari kedutaan Ekuador di London --tempatnya berlindung selama tiga tahun, menyebut peranan Selandia Baru dalam jaringan intelijen Lima Mata bersama Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan Australia.

Wartawan investigasi AS Glenn Greenwald, yang muncul dalam siarang langsung di sebuah forum di Auckland Town Hall, mengatakan pemerintahan Key telah berencana menggunakan undang-undang yang disahkan tahun lalu untuk memperluas pengumpulan data intelijen mereka.

Ia mengatakan mereka telah menyelesaikan tahap pertama dalam memasuki kabel telekomunikasi di negara tersebut.

Namun, menjelang acara itu Key telah mengeluarkan serangkaian laporan bahwa ia mengatakan pihaknya akan membalas "kesalahan informasi" soal bagaimana Biro Keamanan Komunikasi Pemerintahan Selandia Baru (GCSB) bekerja.

"Tidak ada, dan tidak pernah ada, akses kabel program pengintaian yang beroperasi di Selandia Baru," kata Key.

"Tidak ada, dan tidak pernah ada pengintaian massal yang dilakukan terhadap masyarakat Selandia Baru oleh GCSB."

Key juga menepis surat elektronik yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ia terlibat dalam rencana untuk membuat Dotcom --yang berasal dari Jerman-- tinggal di Selandia Baru agar ia dapat diekstradisi ke Amerika Serikat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement