REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW-- Jajak pendapat terbaru menunjukkan, pendukung Skotlandia untuk tetap bergabung dengan Inggris semakin menipis. Hasil survei menyatakan, pendukung kemerdekaan Skotlandia hanya beda empat persen dibanding mereka yang ingin tetap bergabung.
Tiga lembaga survei, ICM, Opinium dan Survation, menunjukkan nasib Inggris kian tak menentu menjelang referendum kemerdekaan Skotlandia yang tinggal satu hari lagi. Ketiga lembaga survei tersebut melaporkan, dukungan untuk kemerdekaan Skotlandia mencapai 48 persen, sementara pendukung serikat 52 persen.
Jajak pendapat menemukan 8 sampai 14 persen dari 4,3 juta pemilih Skotlandia masih ragu-ragu menjelang jajak pendapat. Rencananya jajak pendapat terbuka akan digelar Kamis (18/9), mulai pukul 06.00 waktu setempat.
Ketiga jajak pendapat menunjukkan, pendukung serikat masih memimpin. Ini mendorong investor untuk membeli poundsterling, dan memperpanjang kenaikannya terhadap dolar Amerika Serikat.
Profesor politik Universitas Strathclyde John Curtice mengatakan, ini merupakan persaingan yang sangat ketat. "Pada saat ini tampak seolah-olah kampanye 'ya' akan kalah. Tapi saya selalu mengatakan kampanye 'tidak' juga bisa kalah," katanya.
Menghadapi ancaman internal terbesar Inggris, Perdana Menteri David Cameron dan bintang sepak bola David Beckham sekuat tenaga mengkampanyekan Inggris "Lebih Baik Bersama".
Untuk menumpulkan argumen pemimpin nasionalis Skotlandia Alex Salmond, Inggris berjanji untuk menjamin dana negara tingat tinggi untuk Skotlandia. Inggris juga akan menghibahkan kontrol lebis besar untuk urusan keuangan pada Skotlandia.