Rabu 17 Sep 2014 12:31 WIB

PBB: Butuh Satu Miliar Dolar AS untuk Atasi Ebola

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
Ebola
Foto: AP
Ebola

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dibutuhkan hampir satu miliar dolar AS untuk mencegah epidemi ebola menjadi bencana bagi umat manusia.

WHO juga mengatakan kasus ebola terjadi dua kali lipat lebih banyak setiap tiga pekan di Afrika Barat. Kelompok kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan bahkan, upaya AS mengirimkan 3.000 personel militer ke kawasan tersebut belumlah cukup.

"Tindakan global mengatasi ebola terus menurun. Kesempatan untuk mengatasi epidemi ini telah tertutup. Kita butuh lebih banyak negara berpartisipasi, kita butuh personel yang lebih banyak dan kita butuh itu sekarang," ujar presiden bantuan medis Joanne Liu dalam pertemuan khusus PBB di Jenewa, Rabu (17/9).

Asisten Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward menyebut, Selasa, krisis kesehatan ini tidak tertandingi di masa modern. Jumlah korban tewas akibat ebola memang mencengangkan.

Sedikitnya 2.400 orang di Liberia, Sierra Leone, Guinea, Nigeria dan Senegal meninggal dunia sejak virus pertama kali menyerang Maret lalu. Setenagh dari hampir 5.000 kasus terjadi dalam tiga pekan terakhir. Pejabat terkait mengatakan diperkirakan sekitar 20 ribu orang bisa terinfeksi sebelum akhirnya wabah bisa dihentikan.

"Ini merupakan ancaman potensial bagi keamanan global jika negara-negara tersebut terganggu. Jika epidemi tidak dihentikan sekarang, ratusan ribu orang bisa terinfeksi dengan implikasi ekonomi, politik dan keamanan terhadap kita semua," kata Presiden AS Barack Obama.

Selain menerjunkan ribuan tentara, bantuan AS ke Afrika Barat meliputi mendirikan fasilitas perawatan dan isolasi baru, melatih pekerja kesehatan dan meningkatkan dukungan komunikasi dan transportasi.

Afrika Barat masih membutuhkan ratusan pekerja kesehatan internasional. Pekerja kesehatan membutuhkan sekitar 3,3 juta pakaian pelindung agar mereka tidak tertular virus.

Virus ebola menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, urin atau kotoran. Biaya pemakaman korban keganasan ebola mencapai 23,8 juta dolar AS. Biaya itu digunakan untuk membayar tim yang mengubur jenazah dan membeli kantong mayat karena jenazah penderita bisa menularkan virus.

Dalam laporannya, Selasa, WHO mengatakan seluruh kebutuhan tersebut membutuhkan dana 987,8 juta dolar AS. Jumlah tersebut 10 kali lipat lebih banyak dari yang diperkirakan WHO pada Agustus lalu.

"Ini bencana bagi umat manusia jika tidak ada peningkatan tindakan. Bukan hanya respon terhadap ebola, tapi juga tersedianya layanan dasar dan platform dukungan," kata Aylward.

Selain bantuan dari AS, WHO mengatakan Cina berjanji mengirim sebuah tim laboratorium berjalan beranggotakan 59 orang ke Sierra Leone. Tim terdiri dari ahli laboratorium, ahli penyakit menular, dokter dan perawat.

Inggris berencana membangun dan mengoperasikan klinik ebola di Sierra Leone. Sedangkan Kuba berjanji akan mengirim lebih dari 160 pekerja kesehatannya.

"Semua komitmen tersebut harus diterjemahkan menjadi tindakan cepat di lapangan," kata kepala kesiapan dan tanggap bencana bagi kelompok kemanusiaan Plan International.

Kendati demikian, rumah sakit dan klinik di Afrika Barat  masih menolak pasien karena mereka kekurangan tempat bagi pasien. Hal in tentu saja memicu penyebaran penyakit.

AS menuai kritik pekan lalu saat menjanjikan pendirian rumah sakit lapangan berkapasitas 25 tempat tidur di Liberia. Rumah sakit tersebut rencananya akan digunakan untuk melayani kesehatan pekerja kemanusiaan, baik lokal dan asing, yang terinfeksi.

Bantuan itu dianggap tidak berharga karena para ahli mengatakan Liberia memerlukan sedikitnya 500 tempat tidur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement