REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dibutuhkan hampir satu miliar dolar AS untuk mencegah epidemi ebola menjadi bencana bagi umat manusia.
WHO juga mengatakan kasus ebola terjadi dua kali lipat lebih banyak setiap tiga pekan di Afrika Barat. Kelompok kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan, upaya AS mengirimkan tiga ribu personel militer ke kawasan tersebut belum cukup.
"Tindakan global mengatasi ebola terus menurun. Kesempatan untuk mengatasi epidemi ini telah tertutup. Kita butuh lebih banyak negara berpartisipasi, kita butuh personel yang lebih banyak dan kita butuh itu sekarang," ujar presiden bantuan medis Joanne Liu dalam pertemuan khusus PBB di Jenewa, Rabu (17/9).
Asisten Direktur Jenderal WHO Bruce Aylward menyebut, krisis kesehatan ini tidak tertandingi di masa modern. Jumlah korban tewas akibat ebola memang mencengangkan.
Sedikitnya 2.400 orang di Liberia, Sierra Leone, Guinea, Nigeria dan Senegal meninggal dunia sejak virus pertama kali menyerang Maret lalu. Setengah dari hampir lima ribu kasus terjadi dalam tiga pekan terakhir.
Pejabat terkait mengatakan diperkirakan sekitar 20 ribu orang bisa terinfeksi sebelum akhirnya wabah bisa dihentikan.
"Ini merupakan ancaman potensial bagi keamanan global jika negara-negara tersebut terganggu. Jika epidemi tidak dihentikan sekarang, ratusan ribu orang bisa terinfeksi dengan implikasi ekonomi, politik dan keamanan terhadap kita semua," kata Presiden AS Barack Obama.
Selain menerjunkan ribuan tentara, bantuan AS ke Afrika Barat meliputi mendirikan fasilitas perawatan dan isolasi baru. Juga melatih pekerja kesehatan dan meningkatkan dukungan komunikasi dan transportasi.
Afrika Barat masih membutuhkan ratusan pekerja kesehatan internasional. Pekerja kesehatan membutuhkan sekitar 3,3 juta pakaian pelindung agar mereka tidak tertular virus.
Virus ebola menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Seperti darah, urin atau kotoran. Biaya pemakaman korban keganasan ebola mencapai 23,8 juta dolar AS.
Biaya itu digunakan untuk membayar tim yang mengubur dan membeli kantong mayat karena jenazah penderita bisa menularkan virus.