Rabu 17 Sep 2014 14:55 WIB

Antara Kekhalifahan Amerika dan 'Kekhalifahan Amerika'

Buku
Foto: Amazon
Buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye global anti-ISIS belakangan ini membuat banyak pihak teringat dengan istilah 'Kekhalifahan Amerika' sebagai judul buku dengan sebuah istilah baru mengenai fenomena teror yang seakan-akan membahayakan Amerika Serikat tapi sebenarnya lebih membahayakan negara-negara lain. (Baca: Kampanye Global Anti-ISIS Diyakini Tidak Berhasil, Ini Alasannya)

Dalam artikel "How America Made ISIS. Their Videos and Ours, Their “Caliphate” and Ours" Tom Engelhardt menjelaskan peran Amerika Serikat dalam membangun 'kekhalifahan global' sebagai lawan tanding untuk menguasai dunia.

ISIS dan sejenisnya seperti Alqaidah menjadi lawan tanding yang tidak seimbang untuk menggerakkan pasukan AS berperang di mana saja. (Baca: Cabang-Cabang Alqaidah Bergabung dengan ISIS Melawan Aliansi AS)

"Melawan musuh yang tidak seimbang itu, AS secara resmi menggelar perang seakan-akan berperang melawan kekuatan militer," jelasnya dalam sub judul Establishing an American Caliphate. (Baca: Peshmerga yang Terkenal itu Tewaskan Komandan Militer ISIS)

Kampanye teror dan anti-teror ini, menurutnya dimulai di era George W. Bush yang menyebutnya sebagai perang salib alias 'crusade'.

Istilah lain dari 'Kekhalifahan Amerika' adalah judul sebuah buku yang ditulis oleh William Doonan.

Buku yang dapat dipesan di Amazon ini menceritakan perjalanan arkeolog Jila Wells dan Benjuarez ke Peru.

Di sana mereka bergabung dengan tim Profesor Beckham yang sedang meneliti piramida Santiago de Paz.

Disebutkan Jila tiba-tiba terantuk dengan bebatuan situs dan menemukan sebuah turas (dokumen). Dokumen tersebut menceritakan kisah perjalanan warga Peru Spanyol untuk berdakwah ke warga pagan benua Amerika.

Sekilas dua istilah Kekhalifahan Amerika merupakan sindiran bagi hegemoni AS, tapi di lain sisi ada yang melihatnya mempunyai sisi sejarah di wilayah yang dulu dikenal dengan nama "Ard Majhoola" di peta para pelayar Muslim sebelum era Christopher Columbus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement