Kamis 18 Sep 2014 14:03 WIB

Pembicaraan Nuklir Iran Kembali Dimulai

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Mansyur Faqih
fasilitas nuklir Iran
Foto: frontpagemag.com
fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pembicaraan nuklir Iran akan dimulai kembali pekan ini. Pembicaraan antara Iran dan AS, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan Cina dimulai kembali setelah dua bulan vakum.

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton akan berdiskusi mengenai negosiasi kesepakatan nuklir jangka panjang. Uni Eropa berperan sebagai rekan bicara bagi enam negara.

Para diplomat dari enam negara tersebut akan melakukan pembicaraan terlebih dahulu pada Kamis. Pembicaraan dengan Iran akan dimulai Jumat. 

Negosiasi pembicaraan nuklir dengan Iran diperkirakan berlangsung hingga 26 September. Pembicaraan akan berlangsung di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB pekan depan. 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan menjelang negosiasi formal, Wakil Menteri Luar Negeri AS William J Burns dan Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Politik Wendy Sherman akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan pejabat Iran pada Kamis dan Jumat.

"Pembicaraan mencakup masalah nuklir. Akan ada beberapa isu lain yang dibicarakan, namun isu utamanya tetap soal nuklir," kata seorang pejabat AS yang tidak ingin identitasnya disebutkan.

Pejabat AS dan Iran sebelumnya membicarakan krisis di Irak di sela-sela pembicaraan nuklir di Wina Juni lalu. Sebagai kepala delegasi AS, Sherman mengatakan peran Iran yang lebih banyak dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan jangka panjang.

"Kami bisa bilang hal positif dari pembicaraan adaah pembicaraan dilakukan dengan serius dan kami telah menemukan jawaban potensial untuk beberapa pertanyaan kunci," kata Sherman saat memberikan kuliah umum di Georgetown University, Selasa.

Iran menyangkal tudingan Barat yang menyebut Iran melakukan penyulingan uranium untuk mengembangkan kemampuan merakit senjata nuklir. Iran mengatakan pengembangan nuklirnya ditujukan untuk menyuplai listrik.

Selama beberapa tahun terakhir, AS dan sekutunya menerapkan sanksi finansial dan sanksi lain yang lebih ketat agar Iran menghentikan program nuklirnya.

Negara Barat menginginkan Iran memiliki kapasitas sentrifugal yang rendah, hanya satu digit ribuan. Hal tersebut akan membuat Iran membutuhkan waktu lama untuk memurnikan cukup uranium sebagai bahan bakar senjata atom.

Iran menolak permintaan untuk mengurangi kapasitas kurang dari 19 ribu seperti yang saat ini dipasang. Berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, Zarif mengeluhkan permintaan Barat tersebut.

Menurut dia, permintaan itu tidak masuk akal. Dia menambahkan Iran berkomitmen memecahkan kebuntuan pembicaraan nuklir ini.

"Kami berkomitmen menyelesaikan isu ini. Kami ingin menyelesaikan masalah ini," kata dia.

Namun, tidak lama kemudian Zarif mengatakan Iran kehilangan kepercayaan terhadap AS. Diplomat Iran mengatakan tidak bersedia menurunkan tingkat sentrifugalnya di bawah 10 ribu.

Enam negara ingin Iran paling tidak membutuhkan satu tahun untuk bisa memproduksi pengayaan uranium yang cukup untuk membuat bom tunggal atau yang disebut kapasitas "breakout".

"Mengenai pengayaan, praktis tidak ada kemajuan. Enam negara ingin jika kesepakatan gagal dan kegiatan nuklir mulai digunakan untuk tujuan militer, kita telah mempunyai kapasitas "breakout"," ujar diplomat senior Barat.

Para diplomat mengatakan terobosan dalam pembicaraan damai tampaknya tidak mungkin terjadi. Bahkan, pembicaraan buntu. 

Pembicaraan yang berlangsung di New York adalah hal yang vital untuk memecahkan kebuntuan tersebut. Kemungkinan para menteri luar negeri akan bergabung dalam pembicaraan itu.

Negosiasi nuklir antara Iran dengan enam negara secara resmi dimulai tahun lalu. Zarif saat itu duduk berdampingan dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.

November lalu di Jenewa, Iran dan enam negara mencapai kesepakatan sementara. Ketika itu Iran memperoleh kelonggaran sanksi karena menghentikan kegiatan nuklirnya. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement