REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kepolisian di negara bagian New South Wales akan menggelar patroli keamanan di sejumlah tempat-tempat penting dan transportasi di Kota Sydney. Upaya ini dilakukan setelah operasi anti teror digelar hari Kamis (18/09).
Patroli keamanan akan mengerahkan ratusan anggota kepolisian untuk berjaga-jaga selama 24 jam di sejumlah tempat-tempat yang menjadi ikon Kota Sydney, seperti Jembatan Sydney Harbour, Opera House. Termasuk juga sejumlah kawasan pantai dan beberapa acara secara kegiatan.
Patroli ini digelar menyusul operasi anti teror yang dilakukan pada Kamis (18/09) dengan penggerebekan sejumlah rumah dan mobil di kawasan Sydney Barat dan Barat Laut. Operasi anti teror tersebut melibatkan sebanyak 800 orang, yang juga digelar di Kota Brisbane.
Penggerebekan tersebut melibatkan seorang pria yang dipercaya sebagai anggota senior sebuah kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam. Muhammad Ali Baryalei, adalah mantan tukang pukul di King Cross. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu pusat hiburan di malam hari di Sydney.
Al Baryalei diyakini telah memberikan instruksi kepada sejumlah orang untuk menculik warga di Brisbane dan Sydney untuk dipenggal kepalanya di muka umum, untuk kemudian direkam.
Rekaman video ini nantinya akan dikirim kepada unit media kelompok Negara Islam yang kemudian disebarkan.
Omarjan Azari, pria berusia 22 tahun dari kawasan Guildford, Sydney Barat, adalah satu dari i15 orang yang ditahan dalam operasi anti teror di Sydney. Ia dituduh telah melakukan konspirasi dengan Al Baryalei untuk melakukan aksi teror.
Kepala kepolisian: bekerja sama dengan komunitas Muslim di Sydney menjadi prioritas
Kepolisian New South Wales juga mengatakan prioritas utama kali ini adalah bekerja sama dengan komunitas Muslim di kawasan Barat Daya Sydney. Wakil Komisaris, Nick Kaldas mengatakan mayoritas komunitas Muslim adalah warga yang taat hukum.
"Menurut saya Komunitas Muslim, kebanyakan ketakutan kalau warga Australia akan berpikiran seperti itu [aksi teror]," ujar Kaldas.
"Saya pikir sebagian besar masyarakat melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa radikalisasi semacam ini tidak akan terjadi dan tidak membuat orang dituduh macam-macam."
Kaldas yang telah terlibat dalam sejumlah investigasi berkaitan dengan anti teror di Australia dalam beberapa tahun terakhir, juga menjelaskan bagaimana teknologi memainkan peranan yang penting dalam menyebarkan pesan soal teror.
"Salah satu hal yang telah berubah adalah bagaimana cepatnya dan besar dampaknya dari materi-materi yang disebarkan lewat jejaring sosial, seperti Twitter dan Facebook," jelas Kaldas.
Patroli keamanan, yang juga disebut sebagai Operation Hammerhead, ini akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan.