Jumat 19 Sep 2014 19:03 WIB

Fiji Coba Akhiri 'Budaya Kudeta' dengan Pemilu

Ban Ki Moon
Foto: Reuters/Andreea Campeanu
Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menyambut tindakan damai pemilihan parlemen Fiji dan memuji rakyat negara itu atas penggunaan hak konstitusionalnya untuk memilih.

Saat Fiji menunggu hasil akhir pemilihan umum tersebut, Ban mendorong semua pihak terus menjaga suasana damai sepanjang sisa proses pemilihan umum dan menyelesaikan perselisihan, yang mungkin timbul, melalui proses hukum.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor pers Ban, Kamis, ia berharap pemilihan ini akan menandai langkah maju yang penting untuk transisi negara itu menuju demokrasi.

Dia juga meminta semua aktor untuk terlibat secara konstruktif dalam transisi ini.

PBB menegaskan kesiapannya untuk bekerja sama dengan pemerintah terpilih baru dan rakyat Fiji.

Laporan-laporan AFP dari Suva, Fiji, Rabu mengatakan, warga Fiji mendatangi tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum yang pertama di negara Pasifik Selatan itu sejak kudeta 2006.

Pihak militer bersiaga untuki menangani potensi kerusuhan. Namun kepolisian tidak melaporkan adanya masalah di tempat pemungutan suara.

Antrian panjang terlihat di depan Sekolah Negeri Vatuwaqa di pinggiran pusat kota Suva. Di tempat itu, tokoh militer Voreqe Bainimarama melakukan pemungutan suara setelah delapan tahun menguasai Fiji melalui kudeta.

Bainimarama --yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri--mengaku yakin dapat memenangi pemilihan umum bersejarah ini. Untuk pertama kalinya Fiji memeberikan hak pilih penuh bagi warga keturunan India yang populasinya mencapai 40 persen dari total 900.000 penduduk.

Pemilihan umum ini dinilai berperan penting mengakhiri "budaya kudeta" di Fiji. Antara 1987 sampai 2006, sudah empat pemerintahan dikudeta karena ketegangan antara penduduk pribumi Fiji dengan warga keturunan India.

Menjelang pemilu, Presiden Fiji Epeli Nailatikai berharap pemungutan suara dapat berjalan tanpa kekerasan. Sebelumnya, komandan militer Mosese Tikoltoga mengaku telah menyiagakan pasukan setelah menerima sejumlah laporan intimidasi.

Namun atmosfer di Suva nampak tenang, sebagian besar orang memakai baju terbaik untuk datang ke tempat pemungutan suara di mana penduduk pribumi dan India mengantri satu sama lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement