REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Skotlandia menolak kemerdekaan. Begitulah hasil referendum bersejarah pada hari Kamis (19/9) kemarin, menyusul adanya tawar menawar dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Reuters melansir, David berjanji akan memberikan lebih banyak ruang bagi warga Skotlandia untuk mengelola urusan mereka sendiri.
Mengetahui hasil pemungutan suara tersebut, serikat pekerja di Glasgow pun bersorak. Mereka merayakan hal itu dengan mabuk dan minum anggur. Sementara itu, pemimpin nasionalis Alex Salmond mengaku kalah. Beberapa jam kemudian, ia mengatakan kepada wartawan akan mengundurkan diri.
Suara yang menolak kemerdekaan berkisar 55 persen, sementara separatis hanya mendapatkan 45 persen dari 3,6 juta penduduk. Secara keseluruhan, ada 85 persen suara yang dihitung.
Berbicara di depan bendera raksasa Skotlandia, Salmond berjanji untuk menghormati hasil pemungutan suara. Ia juga memberikan peringatan kepada politisi Inggris di London bahwa mereka harus menghormati janji untuk mendukung Skotlandia hingga menit terakhir.
"Saya pikir 1,6 juta orang akan berbicara dan berbicara keras jika ada yang mundur dari komitmen yang dibuat," kata Salmond.
Salmond berkomitmen untuk tidak mencalonkan diri lagi sebagai pemimpin Partai Nasional Skotlandia. Masa jabatannya akan berakhir bulan November ini. Ia juga mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pertama Skotlandia.
"Bagi saya sebagai pemimpin, waktu saya hampir berakhir. Tapi bagi Skotlandia kampanye terus menerus dan mimpi tidak akan pernah mati," kata dia.
Cameron mengatakan, masalah kemerdekaan Skotlandia telah selesai selama satu generasi. Ia yakin tidak akan ada perselisihan setelah hasil pemungutan suara diumumkan. "Kami telah mendengar kehendak diselesaikan rakyat Skotlandia," kata dia.