Selasa 23 Sep 2014 04:05 WIB

Ban Ki-moon: Dunia Suram

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Erdy Nasrul
Ban Ki Moon
Foto: Antara/Wahyu Putro
Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sikap pesimis akan masa depan peradaban dunia membayangi pertemuan tingkat tinggi negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Hal tersebut dikatakan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam siaran persnya menjelang pertemuan tersebut.

Dikatakan dia, sekira 140 negara 'wajib' datang ke markas PBB, memecahkan persoalan yang dianggapnya suram itu.

"Ada miliaran alasan. Kenapa kita semua patut gelisah atas kondisi dunia sekarang ini," kata dia, seperti dikutip AFP, di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (22/9).

Ki-moon menerangkan, beberapa ancaman peradaban yang dimaksud dia menyangkut berbagai bidang. Dari mulai politik serta ancamannya. Juga soal wabah perang dan penyakit di belahan Bumi Afrika.

Kata dia, persoalan paling menyita pikiran dan tenaga ialah soal bangkitnya radikalisme Islam di Timur Tengah.

Itu dikatakan dia dengan munculnya gerakan radikalisme atasnama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dikatakan bekas diplomat senior Korea Selatan (Korsel) ini, negara-negara dominan di PBB bertanggung jawab mencari solusi penyeberannya.

"Kelompok di Dewan Keamanan (DK-PBB) harus memberi jaminan agar bisa membangun poros internasional sebagai rem menghentikan aktivitas jihad ilegal di Irak dan Suriah itu," kata dia.

Selain soal ISIS, Ki-moon juga mendesakkan agar negara-negara anggota memastikan pembahasan penting lainnya.

Yakni soal, Israel dan Gaza. Kata dia, gencatan senjata di antara Zionis dan Hamas, harus diawetkan ke dalam usaha membangun kembali kota untuk jutaan rakyat Palestina itu.Ki-moon dikatakan AFP sepertinya mengharapkan adanya penghentian perang saudara di Libya dan Yaman, serta di Suriah.

Dinilai dia, pertikaian panjang di banyak negara, bak awan hitam di balik cita-cita ketentraman umat manusia.

"Termasuk persoalan agar semua (negara terlibat) memberi dorongan penghentian pertempuran di Ukraina."

Ki-moon juga menambahkan, wabah virus Ebola di Afrika juga hendaknya mendapat sisipan solusi. Kata dia, ada seenggaknya 20 ribu masyarakat di Afrika Barat terpapar virus tersebut, dan pastinya butuh bantuan lebih nyata ketimbang solusi materi.

Markas Utama PBB menjadwalkan pertemuan kepala negara-negara anggota. Pertemuan tersebut sudah dimulai sejak Senin (21/9), dan dikabarkan berakhir sampai Selasa (30/9). Pertemuan tersebut rutin diadakan setahun sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement