REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) akan meningkatkan bantuan buat Pemerintah Turki guna menolong sebanyak 130.000 orang Suriah yang telah memasuki Turki sejak Jumat, kata seorang juru bicara PBB, Senin (22/9).
"Pemerintah Turki dan UNHCR sedang mempersiapkan diri guna menghadapi kemungkinan datangnya ratusan ribu pengungsi lagi dalam beberapa hari ke depan, sementara pertempuran di Kota Kobani, Suriah Utara, dan daerah sekitarnya memaksa makin banyak orang untuk menyelamatkan diri," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam satu taklimat harian di Markas PBB, New York.
"Pemerintah Turki akan mempercepat pembangunan dua kamp, dengan dukungan UNHCR, buat mereka yang tidak ditampung oleh kerabat dan masyarakat lokal," katanya.
"UNHCR juga mempersiapkan reaksi tanggap darurat darat, laut dan udara guna memberikan pasokan selimut hangat, kasur lipat dan peralatan dapur, serta membantu untuk secepatnya mendirikan dan mengoperasikan pusat pendaftaran," Dujarric menambahkan, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang.
Sepanjang konflik di Suriah, Kota Kobani sebelumnya relatif aman dan tak tersentuh, dan sebanyak 200.000 orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dari wilayah lain negeri tersebut telah berlindung di sana.
Namun dengan pengepungan baru-baru ini atas kota itu oleh anggota Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), banyak warga --terutama dari Suku minoritas Kurdi Suriah-- dipaksan meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di Turki. Di kalangan pengungsi terhadap banyak perempuan, anak kecil dan orang tua, kata UNHCR.
Pada awal arus pengungsi, UNHCR menanggapi dengan pasokan barang bantuan, termasuk 20.000 selimur, 10.000 tikar, 5.000 jerigen, 2.000 lembar plastik. Badan bantuan PBB tersebut juga menyumbangkan pusat koordinasi dan pendaftaraan bergerak, dan banyak staf ditempatkan di enam pos penyeberangan perbatasan untuk memantau orang yang datang dan mengidentifikasi orang yang rentan.