REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Amerika Serikat tidak memberikan peringatan terlebih dulu kepada rezim Suriah setiap meluncurkan serangan udara terhadap gerilyawan Islam Selasa dini hari, kata seorang pejabat senior AS.
"Kami tidak meminta izin rezim. Kami tidak mengkoordinasikan tindakan kami dengan pemerintah Suriah.
"Kami tidak memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada orang Suriah pada tingkat militer, atau memberikan indikasi waktu kami pada target spesifik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, dalam satu pernyataan.
Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam satu percakapan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengatakan bahwa serangan udara terhadap target Negara Islam (IS) di Suriah tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan dari pemerintah Suriah, kata Kremlin, Selasa.
"Vladimir Putin dan Ban Ki-moon telah bertukar pendapat tentang upaya masyarakat internasional bergabung melawan kelompok 'Negara Islam' itu. Pihak Rusia menegaskan, bahwa serangan udara terhadap basis teroris Negara Islam, yang terletak di wilayah Suriah, tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan dari pemerintah Suriah," kata layanan pers Kremlin dalam satu pernyataan seperti dikutip kantor berita RIA Novosti.
IS, juga dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) atau Negara Islam Irak dan Levant (ISIL), telah berperang melawan pemerintah Suriah sejak 2012.
Pada Juni 2014, kelompok itu memperluas serangannya ke utara dan Irak barat, kemudian mendeklarasikan kekhalifahan di wilayah-wilayah yang telah dikuasainya.
Pada awal September, Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah mengumumkan pembentukan koalisi internasional untuk melawan gerilyawan garis keras IS dan memberikan kewenangan serangan udara AS terhadap IS dengan target di Suriah, sambil terus melakukan serangan udara di Irak, yang telah dimulai pada Agustus.