Rabu 24 Sep 2014 10:43 WIB

Isu Terorisme, Warga Muslim Sydney Merasa Terkepung

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Adam Houda, pengacara yang membela enam warga Sydney yang ditangkap Satuan Anti Teror pekan lalu, mengatakan umat Islam kini merasa seperti sedang terkepung. Ia menyebut operasi antiteror yang menangkap 15 orang tersebut sebagai "berlebihan" dan menuding pemerintah memperlakukan umat Islam sebagai musuh.

"Mereka ditangkap dengan cara intimidasi. Barang-barang mereka disita. Tidak ada pertanyaan diajukan mengenai kejahatan yang dituduhkan kepada mereka," tutur Adam Houda kepada ABC, menggambarkan situasi yang dialami kliennya.

"Saya katakan tidak ada sama sekali hubungannya antara klien saya dengan orang yang secara resmi dituduh melakukan kegiatan terorisme," katanya baru-baru ini.

Buntut operasi anti teror di Sydney dan Brisbane, 15 orang ditangkap namun hanya satu orang yang sejauh ini dikenai tuduhan resmi melakukan kegiatan terorisme. Pria tersebut bernama Omarjan Azari yang merupakan imigran asal Afghanistan. Ia dikenakan tuduhan konspirasi dengan ISIS untuk melakukan serangan di Australia.

Houda menjelaskan, keenam kliennya tidak tahu-menahu dengan apa yang dituduhkan terhadap Azari tersebut. Ia mendesak pihak berwajib untuk memastikan apa tuntutan resmi yang dituduhkan kepada kliennya.

"Penangkapan itu terjadi dinihari, bersamaan dengan pengiriman tentara Australia ke Irak dan juga pada hari pemerintah mengajukan Undang-Undang anti teror di parlemen. Apakah ini kebetulan? Anda yang jawab," kata Houda.

Salah seorang warga yang ditahan dalam operasi anti teror di Sydney.

Adam Houda menambahkan, sepengatahuannya saat ini umat Islam merasa seperti berada di bawah pengepungan.

"Ini membuat mereka merasa tersingkirkan dan hal itu bukanlah sesuatu yang baik," katanya.

Houda kini sedang mempertimbangkan akan mengajukan gugatan class action bagi sejumlah orang yang ditahan dan diinterogasi di sejumlah bandara di Australia beberapa waktu terakhir.

Ia juga mendesak polisi New South Wales meminta maaf kepada tiga orang yang dibawa keluar dari stadion di Sydney pekan lalu. "Di stadion yang penuh, mereka didekati petugas bersenjata lengkap, dan meminta mereka keluar dari stadion untuk diinterogasi, yang isinya menanyakan, mengapa mereka menggunakan telepon genggam mereka," katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement