REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan Ankara telah berjanji akan bergabung dalam koalisi AS. Sejauh ini, anggota NATO, Turki, masih tak ingin bergabung dalam koalisi AS.
"Turki merupakan bagian dari koalisi ini, dan Turki akan sangat terlibat dalam garis depan upaya ini," kata Kerry setelah bertemu dengan pejabat Turki di New York dikutip dari Channel News Asia.
Berbicara dalam televisi nasional, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan konstribusi Ankara meliputi dukungannya dalam militer dan politik. Sementara itu, sekutu utama AS, Inggris hanya memberikan dukungannya dalam mempersenjatai pasukan Kurdi dan dukungan lainnya. (Baca: Putin Ingin AS Minta Izin Damaskus sebelum Serang ISIS)
Tetapi media Inggris melaporkan, Perdana Menteri David Cameron tengah mempertimbangkan akan bergabung dengan serangan udara AS yang menargetkan ISIS. "Ini adalah pertempuran yang anda tak bisa memilih untuk tak terlibat. Orang-orang ini ingin membunuh kita," kata Cameron. Lanjutnya, para militan juga berencana akan menyerang Eropa dan sejumlah tempat lainnya.
Washington tak ingin mencampuri perang sipil Suriah. Namun, pergerakan ISIS yang merebut banyak wilayah dan melakukan berbagai tindakan kriminal termasuk pembunuhan tawanan Barat membuat AS bertindak. AS mengatakan tidak meminta izin kepada pemerintah Suriah dalam melakukan serangannya.
Meskipun begitu, Presiden Bashar al-Assad mengatakan Damaskus mendukung upaya internasional untuk melawan terorisme. Sementara itu, PBB menyebutkan sekitar 191 ribu orang telah tewas sejak pemberontakan melawan Assad terjadi pada 2011. Pemberontakan ini menyebabkan perang yang memicu berbagai militan masuk ke Suriah.