Rabu 24 Sep 2014 16:42 WIB

Kiprah Pejuang Sunni Kaukasus di Militer Israel

Warga Sirkasi dalam pakaian tradisional di Israel
Foto: Wikipedia
Warga Sirkasi dalam pakaian tradisional di Israel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain kaum Badui, Palestina dan Arab warga negara Israel, masyarakat Sunni yang bergabung dengan militer Israel (IDF) adalah kaum Sirkasia atau dikenal juga Kaukasus merujuk kepada asal mereka di Kaukasia, Rusia.

Sejarah keberadaan mereka di Israel pernah dikupas oleh The Washington Post tahun 1986 pada artikel Circassians, Descendants of Russian Muslims, Fight for Identity in Israel.

Saat pasukan Rusia menguasai Kaukasus di abad ke-19, warga Kaukasus mengungsi ke berbagai belahan dunia.

Sadar atas kemampuan mereka dalam berperang, Kekhalifahan Utsmaniyah menerima mereka sebagai pengungsi dan ditempatkan di daerah Syam, yang sekarang menjadi Yordania, Palestina, Lebanon, Suriah dan Israel.

Saat imigran Yahudi berhasil mendirikan negara Israel di Palestina, warga Kaukasus inipun menjadi warga negara Israel dan dikenal dengan nama Sirkasia.

Saat ini, warga Sirkasia dikenal patriotik dengan negara Israel dan banyak yang masuk menjadi militer. (Baca: Katibah Assaif, Batalion Tempur Israel dari Kalangan Syiah)

Kebanyakan mereka bekerja sebagai pasukan penjaga perbatasan di Tepi Barat dan Gaza serta di garis-garis depan pertempuran yang melibatkan IDF.

Komunitas Sirkasia dibebaskan menggunakan bahasa dan mempraktekkan keyakinan mereka yang kebanyakan Sunni.

"Kami merasa benar-benar menjadi bagian dari Israel," kata Adam Jarhad, seorang guru kepala sekolah dasar di Israel keturunan Sirkasia.

Dia menjelaskan, saat Israel dibentuk, kalangan Sirkasia dipercayakan membentuk unit kavaleri yang menjadi cikal bakal Kepolisian Perbatasan Israel.

Saat itu, ayahnya menjadi salah satu anggotanya. (Baca: Israel dan Iran Gunakan Retorika 'Potong Tangan' untuk Takuti Musuh)

Atas keberhaslan unit ini, pemerintah Israel selalu memberikan penghargaan kepada mereka dan kampung mereka Kfar Kama menjadi salah satu kampung non-Yahudi yang pertama dialiri listrik, air dan telepon.

Walaupun begitu, dia menjelaskan, karena kondisi mereka yang Muslim Sunni, mereka tidak pernah bebas sepenuhnya dari diskriminasi birokrasi Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement