REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asia Pacific Community for Palestine Saiful Bahri mengatakan, kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk menutupi keinginan Israel melakukan penghancuran Masjid Al-Aqsa.
Kondisi Masjid Al-Aqsa sangat memperihatinkan karena penguasaan sepenuhnya ada di tangan Israel, Rabu, (24/9).
Untuk dapat beribadah di Masjid Al-Aqsa, ujar Saiful, bukanlah perkara mudah bagi rakyat Palestina. Mereka harus melewati beberapa tahapan pemeriksaan, apalagi ada kebijakan yang menyatakan hanyalah orang-orang tua yang sudah tua renta yang boleh ibadah di sana.
Israel sendiri, kata Saiful, membangun banyak terowongan di bawah Masjid Al-Aqsa. Mereka berharap penghancuran masjid bisa dilakukan dari bawah tanah.
Saat ini, ujar Saiful, rakyat Palestina membangun terowongan-terowongan bawah tanah untuk mencapai ke Mesir sebagai jalan untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok masyarakat gaza akibat dari blokade yang dilakukan Israel dan sekutunya dalam memenjarakan rakyat Palestina.
"Sejatinya gaza adalah penjara terbesar di dunia dan merupakan bukti perampasan kemerdekaan rakyat Palestina,"kata Saiful.
Menurut Saiful, kejahatan kemanusiaan yang dilakukan di jalur gaza oleh Israel adalah salah satu strategi pengalihan isu dari rencana yang sedang mereka rancang untuk mengancurkan Masjid Al-Aqsa.
Sekjen Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia Sylviani Abdul Hamid mengatakan, seharusnya konsistensi pemerintah Indonesia dalam mendorong kemerdekaan Palestina sejalan dengan Konstitusi bangsa ini karena di dalam pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia menegaskan sebagai bangsa yang menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi ini oleh karenanya peran strategis Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk muslim terbesar sedunia menjadi poros pergerakan kemerdekaan Palestina adalah sesuai dengan amanah konstitusi.