Kamis 25 Sep 2014 10:46 WIB

Kelompok Teroris Filipina Ancam Bunuh Sandera Jerman

 Anggota Densus 88 melakukan penggledahan rumah terduga teroris Galih Satria (29) di Desa Wonocoyo, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (22/3).
Foto: Antara
Anggota Densus 88 melakukan penggledahan rumah terduga teroris Galih Satria (29) di Desa Wonocoyo, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Milisi-milisi yang terkait Al Qaeda di Filipina selatan mengancam akan membunuh dua sandera Jerman yang mereka sekap sejak April lalu kecuali Jerman berhenti mendukung tindakan Amerika Serikat terhadap Negara Islam, demikian menurut lembaga pemantau SITE.

Para pejabat Filipina mengatakan, Rabu, mereka sedang memeriksa laporan intelijen soal ancaman dari kelompok Abu Sayyaf yang kecil namun bengis, yang juga menuntut pembayaran tebusan senilai 5,6 juta dolar AS bagi pembebasan sandera-sandera tersebut.

"Mereka dilaporkan disekap di sini, namun menyangkut tuntutan, kami sedang mempelajarinya," kata Abraham Orbita, seorang pejabat kepolisian.

Abu Sayyaf muncul ke permukaan pada awal tahun 2000-an melalui tindakan-tindakan penculikan yang dilakukannya terhadap para warga asing.

Kelompok itu memiliki jaringan dengan al Qaeda, kendati para pengamat dan sumber-sumber pihak keamanan Filipina mengatakan kelompok tersebut belakangan ini memusatkan operasinya dengan melancarkan penculikan untuk mendapat tebusan serta tindakan-tindakan kejahatan lainnya.

Dalam pesan yang disebarkan melalui Twitter, milisi tersebut mengatakan mereka akan "membunuh salah satu dari dua sandera" jika tuntutan-tuntutan mereka tidak dipenuhi dalam waktu 15 hari, demikian menurut Kelompok Intelijen SITE, yang melacak komunikasi kelompok-kelompok Islamis.

"Pesan dari kelompok Abu Sayyaf yang berpusat di Filipina mengeluarkan ancaman bahwa dua sandera warga Jerman akan dibunuh kecuali mereka mendapatkan pembayaran tebusan dan Jerman menghentikan dukungannya bagi Amerika Serikat yang melawan Negara Islam (IS)," demikian bunyi laporan SITE.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement