REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani Kamis membantah tudingan yang menyatakan bahwa negaranya telah membiayai operasi sejumlah kelompok garis keras di Suriah.
Di sisi lain, al-Thani juga menegaskan dukungan bagi koalisi internasional untuk memerangi kelompok Daulah Islam (ISIS) di Irak dan Suriah.
"Kami tidak membiayai ekstrimis. Jika yang anda maksudkan adalah sebagian gerakan di Suriah dan Irak, maka kami menilai bahwa semua gerakan di negara tersebut adalah teroris," kata al-Thani kepada CNN.
Sebelumnya Qatar dituduh telah membiayai sejumlah kelompok garis keras di Suriah, dan juga organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir pada masa Kebangkitan Arab tiga tahun yang lalu.
Sementara saat ini negara emirat yang kaya akan gas alam tersebut saat ini bergabung dengan koalisi internasional untuk menghancurkan kelompok Daulah Islam yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah.
Al-Thani membenarkan pastisipasinya dalam koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat itu.
"Kami telah diminta oleh Amerika Serikat untuk bergabung, dan kami memenuhi permintaan itu," kata dia.
Namun di sisi lain dia juga mengatakan bahwa selain mengalahkan Daulah Islam, koalisi internasional dalam jangka panjang juga harus menghukum rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Penyebab utama kekacauan ini adalah penguasa di Suriah, dan rezim tersebut harus dihukum," kata al-Thani.
"Jika koalisi internasional hanya bertujuan untuk mengalahkan gerakan teroris, dan membiarkan rezim Suriah melakukan semua hal lain, maka gerakan teroris akan muncul kembali," kata dia.
Perang saudara di Suriah--dalam perhitungan PBB--telah menewaskan setidaknya 191.000 orang sejak Maret 2011.