REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Iran dan enam negara kekuatan dunia membuat sedikit kemajuan dalam babak baru pembicaraan nuklir. Namun kemajuan tidak temasuk pengurangan sanksi untuk Teheran.
Namun pejabat kedua pihak menyatakan, terobosan pembicaraan sepertinya tak akan mengakhiri sanksi terhadap Teheran. Meski mereka berharap adanya kemajuan substansial untuk mempersempit perselisihan.
Pejabat departemen luar negeri mengatakan, perbedaan pendapat masih menjadi masalah serius. Padahal batas akhir pembahasan masalah semakin mendekati waktunya.
"Kami masih memiliki beberapa kesepakatan yang sulit tercapai dan setiap orang harus membuat keputusan sulit dan kami terus melihat ke Iran untuk memenuhi beberapa hal agar perjanjian komprehensif," ujarnya yang berbicara dengan syarat anonimitas.
Diplomat lainnya mengatakan, Iran dan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia serta Cina mungkin akan bertemu lagi dalam beberapa pekan mendatang. Namun belum ada tanggal dan tempat yang ditetapkan.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, kemajuan yang dicapai sangat lambat. "Kita harus melihat ke depan, kesepakatan tanpa mengangkat semua sanksi terhadap Teheran 'tak bisa diterima'," katanya.
Di Majelis Umum PBB, Rouhani mengatakan, kesepakatan mengakhiri sanksi akan membuka puntu kerja sama yang lebih luas dalam bidang perdamaian dan stabilitas regional. Kesepakatan juga menurutnya akan membantu perjuangan melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sementara Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, kesepakatan sementara yang disetujui di Jenewa November lalu telah membuat dunia lebih aman.
Kerry tetap berharap Iran dan enam negara kekuatan dunia dalat mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia dalam putaran baru pembicaraan mendatang.