REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Amerika Serikat berusaha untuk mendesak masyarakat internasional meratifikasi Perjanjian Komprehensif Pelarangan Uji Nuklir (CTBT), kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
"Saya datang ke sini untuk menegaskan kembali komitmen tak tergoyahkan pemerintah Obama untuk melihat perjanjian ini diratifikasi dan mulai berlaku," kata Kerry, berpidato pada pertemuan Perjanjian Pelarangan Uji Nuklir negara Sahabat yang diadakan di markas besar PBB Jumat.
"Meskipun kita belum berhasil meratifikasi untuk politik, alasan ideologis murni bukan substansi, saya jamin 'kita tetap mengggunakan untuk hidup dengan itu, dan kita hidup dengan itu, dan kami akan hidup dengan itu," kata Kerry menjelaskan sikap Washington terhadap masalah ini.
Menteri Luar Negeri menyimpulkan pidatonya dengan menggarisbawahi pentingnya perjanjian "sehingga kita tidak akan pernah lagi melihat kekuatan nuklir tambahan, dan sehingga kekuatan nuklir yang ada akan terus bergerak untuk menghilangkan senjata (nuklir) dari Bumi."
CTBT, yang melarang semua jenis ledakan nuklir untuk tujuan militer atau sipil, telah diadopsi oleh Majelis Umum PBB kembali pada 1996. Namun, dokumen itu gagal berlaku, karena delapan negara, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, Iran dan Israel, belum meratifikasinya.
Jika enam negara besar dunia (AS, Inggris, Prancis, Tiongkok dan Rusia ditambah Jerman) mencurigai program nuklir Iran untuk kepentingan damai untuk membuat senjata nukllir, maka negara-negara besar cenderung tidak mempermasalahkan Israel yang jelas memiliki senjata nuklir namun tidak pernah menyatakan dirinya sebagai negara nuklir.